PTS SUGENG HARANANTO 2015

PTS SUGENG HARANANTO 2015







PTS
UPAYA MENINGKATKAN MOTIVASI
DAN KINERJA GURU
MELALUI SUPERVISI KEPALA  SEKOLAH
PADA  SEKOLAH
DASAR  NEGERI 
TAMBAKROTO
KECAMATAN SAYUNG     KABUPATEN DEMAK  




DIAJUKAN SEBAGAI PERSYARATAN KENAIKAN TINGKAT
DARI GOLONGAN IVA KE IVB



                                                                                          

Disusun oleh:

                                                SUGENG
HARNANTO,S.Pd                                               
NIP: 19630612 198910 1001 







SEKOLAH DASAR NEGERI TAMBAKROTO
UPTD DIKPORA  KECAMATAN SAYUNG
DINAS PENDIDIKAN PEMUDA DAN
OLAHRAGA
 KABUPATEN DEMAK  





 
JAWA TENGAH






 
TAHUN 2015

HALAMAN PENGESAHAN



UPAYA
MENINGKATKAN MOTIVASI DAN KINERJA GURU
 MELALUI SUPERVISI KEPALA  SEKOLAH
 PADA
SEKOLAH  DASAR  NEGERI  TAMBAKROTO 
KECAMATAN
SAYUNG     KABUPATEN DEMAK  






DIAJUKAN SEBAGAI PERSYARATAN KENAIKAN TINGKAT
DARI GOLONGAN IVB KE IVC





Disusun oleh:
SUGENG HARNANTO,S.Pd
NIP: 19630612 198910 1001 







                                          

                  Mengetahui
Kepala UPTD Dikpora Kec. Sayung



MASHUDI,S.Sos.,MH
NIP: 19660929 1991122 003           

Kepala Sekolah
SDN TAMBAKROTO

        
SUGENG HARNANTO,S.Pd
NIP: 19630612 198910 1001 

SURAT
PERNYATAAN
Yang bertanda tangandi bawah ini saya:
Nama                                       :SUGENG HARNANTO,S.Pd
NIP                                         :19630612 198910 1001 
Pangkat/Gol                            :Pembina, IV/a
Unit Kerja                               : SDN Tambakroto ,Kecamatan Sayung    , Kabupaten
  Demak  
Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa Penelitian
Tindakan Sekolah (PTS) yang berjudul ”Upaya Meningkatkan Motivasi Dan
Kinerja Guru Melalui Supervisi Kepala Sekolah Pada Sekolah  Dasar
Negeri  Tambakroto   Kecamatan Sayung     Kabupaten Demak   Tahun Pelajaran 2014/2015
” adalah
benar-benar merupakan hasil karya murni
dari pemikiran sendiri, bukan merupakan jiplakan atau turunan dari hasil
karya orang lain. Dan apabila dikemudian hari ditemukan adanya ketidakaslian
penulisan ini, kami sanggup menerima sanksi berupa:
1.      dihentikan dari guru;
2.      mengembalikan seluruh tunjangan profesi
yang pernah diterima setelah memperolehdan mempergunakan penetapan angka kredit
(PAK) tersebut;
3.      mengembalikan seluruh tunjangan fungsional
yang pernah diterima setelah memperoleh dan mempergunakan penetapan angka
kredit (PAK) tersebut; dan
4.      mengembalikan seluruh penghargaan atau
haknya sebagai guru yang pernah diterima sejak memperoleh dan mempergunakan
penetapan angka kredit (PAK) tersebut;
5.      atau sanksi lain sesuai dengan ketentuan
yang berlaku.
Demikian surat pernyataan ini kami buat dengan
sesungguhnya, selanjutnya untuk dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan
dalam menentukan kebijakan lebih lanjut.
Jaten,     September 2012
    
Yang menyatakan,




                                           

                
Mengetahui
Kepala UPT, PUD, NFI, dan SD
Kecamatan Jaten




Nurini Retno
Hartati, SH,MM
  NIP.19660929 1999112 2 003
                                                                                                                 

Kepala Sekolah
SDN Tambakroto


        

SUGENG HARNANTO,S.Pd
NIP: 19630612 198910 1001 









KATA PENGANTAR
            Puji syukur allahmdulillah penulis
panjatkan kehadirat Allah Subhanahu wata’ala yang telah melimpahkan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga penulis Penelitian Tindakan
Sekolah (PTS) yang berjudul ” Upaya Meningkatkan Motivasi Dan Kinerja Guru Melalui
Supervisi Kepala Sekolah Pada Sekolah
Dasar  Negeri  Tambakroto 
Kecamatan Sayung     Kabupaten Demak   Tahun Pelajaran 2014/2015
dapat
diselesaikan dengan tepat waktu. PTS ini disususn untuk memenuhi persyaratan
kenaikan tingkat dari IVB ke IVC
            Penulis
menyadari bahwa tanpa bantuan, bimbingan, dan dukungan dari berbagai pihak,
tidak mungkin untuk dapat menyusun PTS ini dengan baik karena keterbatasan
penulis. Untuk itu, pada kesempatan ini, penulis menyampaikan terima kasih kepada
berbagai pihak yang telah membantu.
1.   Bapak Mashudi, S.Sos., MH selaku Kepala UPTD
Dikpora Kecamatan Sayung

  
 Kabupaten Demak ;

3.   Bapak Ahmadi, S.Pd Pengawas Dabin IV Kecamatan Sayung     Kabupaten Demak  yang
telah memberikan arahan dan
bimbingan;
4.   Guru
Sekolah Dasar Negeri Tambakroto serta para siswa kelas VIB yang telah membantu   proses penelitian tindakan tindakan kelas.
7.  Berbagai pihak yang telah memberikan bantuan serta kerjasama dari awal sampai
akhir penyusunan laporan ini.
Penulis menyadari penelitian ini belum
sempurna, namun merupakan kerja maksimal, oleh karena itu, kritik dan saran
sangat diharapkan.
Akhirnya, penulis berdoa agar semua
jenis bantuan menjadikan amal shaleh serta mendapat imbalan yang berlipat ganda
dari Allah S.W.T., dan semoga PTK ini bermanfaat bagi kepentingan pendidikan
pada umumnya dan bagi anak didik pada khususnya.

Sayung,    Mei    2015
            Penulis


SUGENG HARNANTO,S.Pd
                                                                         NIP. 19630612 198910 1001 









DAFTAR
ISI

      
Halaman 
HALAMAN JUDUL................................................................................................               i
HALAMAN
PENGESAHAN..................................................................................              
ii
PERNYATAAN KEASLIAN PTK.........................................................................             iii
KATA PENGANTAR..............................................................................................             iv
DAFTAR ISI.............................................................................................................              v
DAFTAR
TABEL.....................................................................................................             vi
BAB
I.     PENDAHULUAN..................................................................................              1
A.    Latar Belakang Masalah....................................................................              1
B.     Identifikasi Masalah .........................................................................              7
C.     Rumusan Masalah..............................................................................             7
D.    Tujuan Penelitian...............................................................................              7
E.     Manfaat Penelitian.............................................................................              8
BAB
II     TINJAUAN PUSTAKA.........................................................................              9
                  A.  Landasan Teori..................................................................................              9
                  B.  Kerangka
Pemikiran ..........................................................................            32
                  D.  Hipotesis Tindakan ...........................................................................            34
BAB
III. 
METODE PENELITIAN.......................................................................
          35
                  A.  Jenis
Penelitian...................................................................................            35
                  B.  Subjek Penelitian ..............................................................................            37
                  C.  Sumber Data .....................................................................................            37
                  D.  Teknik dan Alat Pengumpulan Data..................................................            38
                  E.   Indikator Kinerja ..............................................................................            38
                  F.   Prosedur Penelitian ...........................................................................            40
BAB
IV   HASIL PENELITIAN DAN
PEMBAHASAN.....................................            49
                  A.  Gambaran Umum Objek Penelitian ..................................................            49
                  B.  Hasil Penelitian .................................................................................            51
                  C.  Pembahasan ......................................................................................            64
BAB
V     PENUTUP...............................................................................................            68
                  A.  Kesimpulan .......................................................................................            68
                  B.
Saran .................................................................................................            68
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN







ABSTRAKSI

              Dalam
rangka melaksanakan tugas dan tanggung jawab di atas, seorang guru dituntut
memiliki beberapa kemampuan dan ketrampilan tertentu. Kemampuan dan ketrampilan
tersebut sebagai bagian dari kompetensi profesionalisme guru. Untuk menjadikan
guru sebagai tenaga professional maka perlu diadakan pembinaan secara terus
menerus dan berkesinambungan, serta menjadikan guru sebagai tenaga kerja perlu
diperhatikan, dihargai dan diakui keprofesionalannya. Kinerja guru akan baik
jika guru telah melakukan unsur-unsur yang terdiri dari kesetiaan dan komitmen
yang tinggi pada tugas mengajar, menguasai dan mengembangkan bahan pelajaran,
kedisiplinan dalam mengajar dan tugas lainnya, kreativitas dalam pelaksanaan
pengajaran, kerjasama dengan semua warga sekolah, kepemimpinan yang menjadi
panutan siswa, kepribadian yang baik, jujur dan objektif dalam membimbing
siswa, serta tanggung jawab terhadap tugasnya. Selain kinerja, motivasi guru
dalam melakukan tugas dan tanggung jawabnya juga merupakan hal penting bagi
upaya meningkatkan proses pembelajaran yang akan dapat meningkatkan kualitas
pendidikan yang ada
              Penelitian ini merupakan penelitian
tindakan sekolah subyek penelitian guru dan kepala sekola. Penelitian ini SDN Tambakroto  Kecamatan Sayung     tahun pelajaran 2014/2015
. Dalam penelitian
ini
 terdiri dari dua siklus. Dimana dalam setiap
siklus terdiri dari perencanaan, tindakan, pengamatan, evaluasi dan refleksi.
Pengumpulan data melalui pengamatan dan tes. Teknik pengumpulan data dalam
penelitian ini selain menggunakan obervasi juga menggunakan penilaian langsung.
              Hasil penelitian
menerangkan bahwa pelaksanaan supervisi kepala sekolah dapat dilaksanakan
secara efektif di SDN Tambakroto  Kecamatan Sayung     Kabupaten Demak  Tahun 2014/2015 , selain itu pelaksanaan
supervisi kepala sekolah terbukti dapat meningkatkan motivasi dan kinerja guru
di SDN Tambakroto  Kecamatan Sayung     Kabupaten Demak  Tahun 2014/2015 .

Kata
kunci    : Supervisi Kepala Sekolah, Motivasi Kerja dan Kinerja Guru.   









 
BAB I

PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang Masalah
            Menurut UU
No.20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional bahwa pendidikan adalah
usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses
pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya
untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,
kecerdasan, akhlak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan dirinya,
masyarakat, Bangsa dan Negara. Dalam pelaksanaan fungsi dan tugasnya, guru
sebagai profesi menyandang persyaratan tertentu sebagaimana tertuang di dalam
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional. Dalam pasal 39 (1) dan (2) dinyatakan bahwa: Tenaga kependidikan
bertugas melaksanakan administrasi, pengelolaan, pengembangan, pengawasan, dan
pelayanan teknis untuk menunjang proses pendidikan pada satuan pendidikan.




1
 
            Pendidik
merupakan tenaga profesional yang bertugas merencanakan dan melaksanakan proses
pembelajaran, menilai hasil pembelajaran, melakukan pembimbingan dan pelatihan,
serta melakukan penelitian dan pengabdian kepada masyarakat, terutama bagi
pendidik pada perguruan tinggi. Untuk dapat melaksanakan tugas dan tanggung
jawab di atas, seorang guru dituntut memiliki beberapa kemampuan dan ketrampilan
tertentu. Kemampuan dan ketrampilan tersebut sebagai bagian dari kompetensi
profesionalisme guru. Kompetensi merupakan suatu kemampuan yang mutlak dimiliki
oleh guru agar tugasnya sebagai pendidik dapat terlaksana dengan baik. Tugas
guru erat kaitannya dengan peningkatan sumber daya manusia melalui sektor
pendidikan, oleh karena itu perlu upaya-upaya untuk meningkatkan mutu guru
untuk menjadi tenaga profesional. Peningkatan mutu pendidikan dapat berhasil
tergantung pada banyak hal, terutama mutu gurunya (H. AR. Tilaar, 2000:104).


            Untuk
menjadikan guru sebagai tenaga professional maka perlu diadakan pembinaan
secara terus menerus dan berkesinambungan, serta menjadikan guru sebagai tenaga
kerja perlu diperhatikan, dihargai dan diakui keprofesionalannya. Untuk membuat
mereka menjadi professional tidak semata-mata hanya meningkatkan kompetensinya
baik melalui pemberian penataran, pelatihan maupun memperoleh kesempatan untuk
belajar lagi namun perlu juga memperhatikan guru dari segi yang lain seperti
peningkatan disiplin, pemberian motivasi, pemberian bimbingan melalui
supervisi, dan pemberian insentif yang layak dengan keprofesionalnya sehingga
memungkinkan guru menjadi puas dalam bekerja sebagai pendidik.
            Kinerja
guru atau prestasi kerja adalah suatu hasil kerja yang dicapai seseorang dalam
melaksanakan tugas-tugas yang dibebankan kepadanya yang didasarkan atas
kecakapan, pengalaman, dan kesungguhan serta waktu (Malayau Hasibuan, 2002:
94). Kinerja guru akan baik jika guru telah melakukan unsur-unsur yang terdiri
dari kesetiaan dan komitmen yang tinggi pada tugas mengajar, menguasai dan
mengembangkan bahan pelajaran, kedisiplinan dalam mengajar dan tugas lainnya,
kreativitas dalam pelaksanaan pengajaran, kerjasama dengan semua warga sekolah,
kepemimpinan yang menjadi panutan siswa, kepribadian yang baik, jujur dan
objektif dalam membimbing siswa, serta tanggung jawab terhadap tugasnya. Tugas
kepala sekolah selaku pemimpin adalah melakukan penilaian terhadap kinerja
guru. Penilaian ini penting untuk dilakukan mengingat fungsinya sebagai alat
motivasi bagi pimpinan kepada guru maupun bagi guru itu sendiri.
            Ada
beberapa hal yang menyebabkan meningkatnya kinerja guru, namun penulis mencoba
mengkaji masalah supervisi yang diberikan oleh kepala sekolah. Supervisi dalam
hal ini adalah mengenai tanggapan guru terhadap pelaksanaan pembinaan dan
bimbingan yang diberikan oleh kepala sekolah yang nantinya berdampak kepada
kinerja guru yaitu kualitas pengajaran.
            Selain
kinerja, motivasi guru dalam melakukan tugas dan tanggung jawabnya juga
merupakan hal penting bagi upaya meningkatkan proses pembelajaran yang akan
dapat meningkatkan kualitas pendidikan yang ada.
Motivasi kerja pada dasarnya merupakan sesuatu
yang menimbulkan semangat atau dorongan dan kerja. Oleh sebab itu, motivasi
kerja dalam psikologi sebagai pendorong semangat kerja (Pandji Anoraga,
2005:35). Guru menjadi seorang pendidik karena adanya motivasi untuk mendidik.
Bila tidak punya motivasi maka ia tidak akan berhasil untuk mendidik/mengajar.
Keberhasilan guru dalam mengajar karena dorongan/motivasi ini sebagai pertanda
apa yang telah dilakukan oleh guru telah menyentuh kebutuhannya. Kegiatan
mengajar yang dilakukan oleh guru yang diminatinya karena sesuai dengan
kepentingannya sendiri. Guru yang termotivasi dalam bekerja maka akan
menimbulkan kepuasan kerja, karena kebutuhan-kebutuhan guru yang terpenuhi
mendorong guru meningkatkan kinerjanya.
            Permasalahan yang sering terjadi
dalam proses pembelajaran yang dapat berdampak pada rendahnya kualitas
pembelajaran adalah terletak pada masalah kinerja dan motivasi guru. Kinerja
dan motivasi yang rendah pada guru akan dapat berpengaruh terhadap rendahnya
kualitas pembelajaran yang ada di sekolah. Untuk itu perlu upaya yang dapat
dilakukan dalam rangka mempertahankan sekaligus meningkatkan kinerja dan
motivasi kerja guru di sekolah. Salah satu upaya yang dirasakan paling efektif
dalam rangka meningkatkan kinerja dan motivasi kerja guru adalah mengoptimalkan
peran kepala sekolah melalui supervisi.
            “Supervisi pendidikan didefinisikan
sebagai proses pemberian layanan bantuan profesional kepada guru untuk
meningkatkan kemampuannya dalam melaksanakan tugas-tugas pengelolaan proses
pembelajaran secara efektif dan efisien” (Ibrahim Bafadal, 2004: 46). Dengan
adanya pelaksanaan supervisi oleh kepala sekolah diharapkan memberi dampak
terhadap terbentuknya sikap professional guru. Sikap professional guru
merupakan hal yang amat penting dalam memelihara dan meningkatkan profesionalitas
guru, karena selalu berpengaruh pada perilaku dan aktivitas keseharian guru.
Perilaku profesional akan lebih diwujudkan dalam diri guru apabila institusi
tempat ia bekerja memberi perhatian lebih banyak pada pembinan, pembentukan,
dan pengembangan sikap profesional (Made Pidarta, 2002:380).
                  Kegiatan
supervisi kepala sekolah dan motivasi kerja guru akan berpengaruh secara
psikologis terhadap kinerja guru, guru yang puas dengan pemberian supervisi
kepala sekolah dan motivasi kerjanya tinggi maka ia akan bekerja dengan
sukarela yang akhirnya dapat membuat kinerja guru meningkat. Tetapi jika guru
kurang puas terhadap pelaksanaan supervisi kepala sekolah dan motivasi kerjanya
rendah maka guru dalam bekerja kurang bergairah, hal ini mengakibatkan kinerja
guru menurun.
            Berdasarkan hasil wawancara yang
dilakukan dengan beberapa Kepala Sekolah di Sekolah Dasar Negeri
Tambakroto Kecamatan Sayung Kabupaten Demak   ditemukan bahwa masih banyak kendala atau
persoalan yang berkaitan dengan pelaksanaan supervisi kepala sekolah. Secara
umum persoalan tersebut meliputi: kualitas supervisi dari kepala sekolah yang
masih tergolong rendah. Padahal tujuan supervisi untuk membantu guru-guru
melihat dengan jelas tujuan pendidikan dan berusaha mencapai tujuan pendidikan itu
dengan membina serta mengembangkan metode-metode dan prosedur pengajaran yang
lebih baik. Selain itu banyak guru kurang berhasil dalam mengajar dikarenakan
mereka kurang termotivasi untuk mengajar sehingga berdampak terhadap menurunnya
produktivitas/kinerja guru. Untuk itu diperlukan peran kepala sekolah untuk
memotivasi para guru untuk meningkatkan kinerjanya.
            Terkait dengan upaya peningkatan
kinerja guru di Sekolah Dasar Negeri Tambakroto Kecamatan Sayung   Kabupaten
Demak   pihak Dinas Pendidikan Kabupaten Demak   selalu
berupaya untuk meningkatkan kinerja para guru melalui perhatian terhadap
kegiatan-kegiatan supervisi kepala sekolah, perhatian terhadap kesejahteraan
guru dan upaya meningkatkan motivasi kerja guru di Sekolah Dasar di Kecamatan Sayung   Kabupaten
Demak. Karena diketahui bahwa perhatian terhadap aspek-aspek tersebut sangat
penting dalam upaya meningkatkan kinerja guru selama ini.
            Supervisi kepala sekolah sebagai
suatu aktivitas pembinaan yang direncanakan untuk membantu para guru dan
pegawai sekolah diharapkan dapat membantu pencapaian tugas dan pekerjaan guru
dan pegawai sekolah untuk dapat melaksanakan pekerjaannya secara efektif (M.
Ngalim Purwanto, 2004:32). Selain itu melalui supervisi diharapkan dapat
mengembangkan efektivitas kinerja guru dalam kaitannya dengan tugas-tugas
utamapendidikan (Jones dalam Mulyasa, 2004: 155).
            Bertitik tolak dari uraian di atas,
maka penulis tertarik untuk mengadakan penelitian tindakan sekolah dengan judul
Upaya Meningkatkan Motivasi Dan Kinerja Guru Melalui
Supervisi Kepala Sekolah Pada Sekolah Dasar Negeri Tambakroto Kecamatan
Sayung   Kabupaten Demak   Tahun Pelajaran 2014/2015   ”.



B.     Identifikasi Masalah
            Berdasarkan uraian latar belakang
masalah di atas, maka dapat diidentifikasikan masalah yang adalah dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut:
1.    
Rendahnya
motivasi kerja guru yang ada di SDN Tambakroto Kecamatan Sayung  .
2.    
Rendahnya
kinerja guru yang ada di SDN Tambakroto Kecamatan Sayung
3.    
Kurangnya
optimalnya kegiatan supervisi kepala sekolah yang ada di SDN Tambakroto Kecamatan
Sayung  .

C.    Rumusan Masalah
            Berdasarkan uraian identifikasi masalah
di atas, maka dapat dirumuskan permasalahan dalam penelitian ini yaitu sebagai
berikut :
1.    
Bagaimana
pelaksanaan supervisi kepala sekolah yang ada di SDN Tambakroto Kecamatan Sayung   tahun
pelajaran 2014/2015   ?
2.    
Bagaimana
pelaksanaan supervisi kepala sekolah dalam meningkatkan motivasi dan kinerja
guru di SDN Tambakroto Kecamatan Sayung   tahun pelajaran 2014/2015   ?

D.    Tujuan Penelitian
            Tujuan yang hendak dicapai dalam
penelitian ini diantaranya adalah:
1.    
Untuk
mengetahui pelaksanaan supervisi kepala sekolah yang ada di SDN Tambakroto Kecamatan
Sayung   tahun pelajaran 2014/2015   .
2.    
Untuk
mengetahui upaya peningkatan motivasi dan kinerja guru melalui supervisi kepala
sekolah yang ada di SDN Tambakroto Kecamatan Sayung   tahun
pelajaran 2014/2015   .

E.     Manfaat Penelitian
            Penelitian ini diharapkan dapat
memberikan manfaat sebagai berikut :
1.    
Bagi
Sekolah
Hasil penelitian ini diharapkan
dapat memberikan manfaat kepada sekolah terkait dengan upaya meningkatkan
kinerja dan motivasi kerja guru.
2.    
Bagi Kepala
Sekolah
Hasil penelitian ini diharapkan
dapat memberikan manfaat kepada kepala sekolah dalam rangka meningkatkan
efektivitas kegiatan supervisi guna meningkatkan kinerja dan motivasi kerja
guru.
3.    
Bagi Guru
Hasil penelitian ini diharapkan
dapat meningkatkan kinerja dan motivasi kerja guru dalam pembelajaran sehingga
akan dapat meningkatkan kualitas pembelajaran di sekolah.











 
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A.    Landasan Teori
1.      Kinerja
a.       Pengertian Kinerja
          Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (Depdikbud 1990:503) kinerja berarti
sesuatu yang dicapai, prestasi diperlihatkan atau kemampuan kerja. Dalam sebuah
artikel yang diterbitkan oleh lembaga administrasi negara
(www.suaramerdeka.com.) merumuskan kinerja merupakan terjemahan bebas dari
istilah Performance yang artinya adalah prestasi kerja atau pelaksanaan
kerja atau pencapaian kerja atau hasil kerja.
          Menurut Henry Simamora (2001:327)
kinerja adalah tingkat pencapaian standar pekerjaan. Sementara Hadari Nawawi
(2005:235) menegaskan bahwa kinerja yang diistilahkan sebagai karya adalah
hasil pelaksanaan suatu pekerjaan, baik fisik / material maupun non material.




9
 




9
 
          Menurut Hani Handoko (2000:86)
memberikan pengertian kinerja sama dengan performance yang esensinya adalah
berapa besar dan berapa jauh tugas-tugas yang telah dijabarkan telah dapat
diwujudkan atau dilaksanakan yang berhubungan dengan tugas dan tanggung jawab
yang menggambarkan pola perilaku sebagai aktualisasi dan kompetensi yang
dimiliki. Dalam kajian yang berkenaan dengan profesi guru, Hani Handoko (2000:
22) memberikan pengertian kinerja sebagai seperangkat perilaku nyata yang
ditunjukkan oleh seorang guru pada waktu memberikan pelajaran kepada siswanya. Kinerja
guru dapat dilihat saat dia melaksanakan interaksi belajar-mengajar di kelas
termasuk persiapannya baik dalam bentuk program semester maupun persiapan
mengajar.


          Kesimpulan yang dapat diambil dari
pendapat dan teori kinerja guru di atas, bahwa kinerja guru adalah persiapan,
pelaksanaan, dan pencapaian guru dalam melaksanakan interaksi belajar mengajar
di kelas.
b.      Unsur Kinerja
          Berdasarkan beberapa pengertian di
atas, maka dapat dirumuskan bahwa kinerja mengandung 3 (tiga) unsur, yaitu:
1)      Unsur waktu, dalam arti hasil-hasil yang
dicapai oleh usaha-usaha tertentu, dinilai dalam satu putaran waktu atau sering
disebut periode. Ukuran periode dapat menggunakan satuan jam, hari, bulan
maupun tahun.
2)      Unsur hasil, dalam arti hasil-hasil
tersebut merupakan hasil rata-rata pada akhir periode tersebut. Hal ini tidak
berarti mutlak setengah periode harus memberikan hasil setengah dari
keseluruhan.
3)      Unsur metode, dalam arti seorang pegawai
harus menguasai betul dan bersedia mengikuti pedoman yang telah ditentukan,
yaitu metode kerja yang efektif dan efisien, ditambahkan pula dalam bekerjanya
pegawai tersebut harus bekerja dengan penuh gairah dan tekun serta bukan
berarti harus bekerja berlebihan.
c.       Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kinerja
          Banyak faktor yang mempengaruhi
kinerja seseorang, baik yang berasal dari dalam diri maupun yang berasal dari
luar. Ada 2 (dua) macam faktor yang dapat mempengaruhi kinerja seseorang yaitu:
1)    
Faktor Individual
Yaitu faktor-faktor yang meliputi sikap, sifat-sifat
kepribadian, sifat fisik, keinginan atau motivasinya, umur, jenis kelamin,
pendidikan,pengalaman kerja, latar belakang budaya dan variabel-variabel
personal lainnya.
2)    
Faktor Situasional
Faktor sosial dan organisasi,
meliputi : kebijaksanaan organisasi, jenis latihan dan pengawasan, sistem upah
dan lingkungan sosial.
3)      Faktor fisik dan pekerjaan, meliputi :
metode kerja, desain dan kondisi alat-alat kerja, penataan ruang kerja dan
lingkungan kerja (seperti penyinaran, kebisingan dan fentilasi).
d.    
Penilaian Kinerja
          Tugas Kepala Sekolah
terhadap guru salah satunya adalah melakukan penilaian atas kinerjanya.
Penilaian ini mutlak dilaksanakan untuk mengetahui kinerja yang telah dicapai
oleh guru. Apakah kinerja yang dicapai setiap guru baik, sedang, atau kurang. Penilaian
ini penting bagi setiap guru dan berguna bagi sekolah dalam menetapkan
kegiatannya.
          Penilaian kinerja
menurut Henry Simamora (2001: 415) adalah alat yang berfaedah tidak hanya untuk
mengevaluasi kerja dari para karyawan, tetapi juga untuk mengembangkan dan
memotivasi kalangan karyawan. Sejalan dengan pendapat Malayu Hasibuan (2002:
87) penilaian prestasi adalah kegiatan manajer untuk mengevaluasi prestasi
kerja karyawan serta menetapkan kebijaksanaan selanjutnya.
          Penilaian kinerja
guru menurut Suparlan lebih lanjut dinyatakan bahwa Standar Kompetensi Guru (SKG)
adalah suatu ukuran yang ditetapkan atau dipersyaratkan dalam bentuk penguasaan
pengetahuan dan perilaku perbuatan bagi seorang guru agar berkelayakan untuk
menduduki jabatan fungsional sesuai dengan bidang tugas, kualifikasi dan
jenjang pendidikan. Berdasarkan pengertian tersebut, standar kompetensi guru
dibagi dalam tiga komponen yang saling mengait, yakni: 1) pengelolaan
pembelajaran, 2) pengembangan profesi, dan 3) penguasaan akademik.
          Ketiga komponen Standar
Kompetensi Guru (SKG) tersebut, masing-masing terdiri atas beberapa kompetensi,
komponen pertama terdiri atas empat kompetensi, komponen kedua memiliki satu
kompetensi, dan komponen ketiga terdiri atas dua kompetensi. Dengan demikian,
ketiga komponen tersebut secara keseluruhan meliputi 7 (tujuh) kompetensi
dasar, yaitu:
1)    
Penyusunan rencana pembelajaran
2)    
Pelaksanaan interaksi belajar-
mengajar
3)    
Penilaian prestasi belajar
peserta didik
4)    
Pelaksanaan tindak lanjut hasil
penilaian prestasi belajar peserta didik
5)    
Pengembangan profesi
6)      Pemahaman wawasan kependidikan
7)      Penguasaan bahan kajian akademik (sesuai dengan mata pelajaran yang
diajarkan. (Standar Kompetensi Guru Direktorat Tenaga Kependidikan 2003)

2.      Motivasi
a.       Pengertian Motivasi
          Motivasi kerja adalah sesuatu yang menimbulkan
semangat atau dorongan dan kerja. Oleh sebab itu, motivasi kerja dalam
psikologi sebagai pendorong semangat kerja (Panji Anoraga, 2005:35). Menurut
Malayu Hasibuan (2002:65), motivasi adalah pemberian daya penggerak yang
menciptakan kegairahan kerja seseorang, agar mereka mau bekerja sama, efektif
dan terintegrasi dengan segala upayanya untuk mencapai kepuasan.
          Menurut G.R. Terry dalam Malayu
Hasibuan (2002:145), motivasi adalah keinginan yang terdapat pada diri
seseorang individu yang merangsangnya untuk melakukan tindakan-tindakan.
Sedangkan menurut Moh. As’ad (2000: 45), motivasi kerja adalah sesuatu yang
menimbulkan semangat atau dorongan kerja. Motivasi merupakan pemberian atau
penggerak yang menciptakan kegairahan kerja seseorang agar mau bekerja sama
bekerja secara efektif dan terintegrasi dan segala daya upaya untuk mencapai
kepuasan. Motivasi kerja merupakan kondisi psikologis yang mendorong seseorang
atau pegawai untuk melaksanakan usaha atau kegiatan untuk mencapai tujuan
organisasi maupun tujuan individual.
          Dengan demikian disimpulkan bahwa
motivasi adalah dorongan yang timbul pada diri seseorang yang menyebabkan ia
melakukan sesuatu tindakan tertentu untuk memenuhi kebutuhannya. Jadi motivasi
kerja merupakan kondisi psikologis yang mendorong pekerja melakukan usaha
menghasilkan barang atau jasa sehingga dapat tercapai suatu tujuan.
b.      Teori Motivasi
          Tingkah laku manusia selalu timbul
oleh adanya kebutuhan yang mendorong ke arah suatu tujuan tertentu. Kebutuhan
yang mendorong perbuatan ke arah tujuan tertentu adalah motivasi.
          Manusia merupakan mahluk sosial yang
memiliki kebutuhan, perasaan, pikiran dan motivasi. Setiap manusia dalam
melaksanakan suatu kegiatan pada dasarnya di dorong oleh motivasi. Adanya
berbagai kebutuhan akan menimbulkan motivasi seseorang untuk berusaha untuk
memenuhi kebutuhannya. Orang mau bekerja keras dengan harapan dapat memenuhi
kebutuhan dan keinginan dari hasil pekerjaannya.
          Abraham H. Maslow dalam Need
Hierarchy Theory
menyatakan bahwa kebutuhan dan kepuasan manusia bersifat
jamak yaitu kebutuhan psikologis dan biologis berupa material. Maslow
menggolongkan adanya lima kebutuhan manusia (Malayu Hasibuan, 2002: 104).
          Adapun tingkat kebutuhan manusia yang
mendorong manusia untuk bekerja menurut Maslow adalah:
1)    
Kebutuhan fisik
Kebutuhan fisik adalah kebutuhan yang diperlukan untuk
mempertahankan kelangsungan hidup seseorang seperti sandang, pangan, papan.
Organisasi membantu individu dengan menyediakan insentif yang baik, keuntungan
serta kondisi kerja untuk memuaskan kebutuhannya.
2)      Kebutuhan akan keamanan dan keselamatan
Jika kebutuhan psikologis
sudah sedikit terpenuhi maka kebutuhan ini dapat menjadi motivasi. Kebutuhan
ini merupakan rasa aman dari kecelakaan dan keselamatan dalam melaksankan
pekerjaan. Kebutuhan ini mengarah pada bentuk kebutuhan akan keamanan dan
keselamatan jiwa di tempat kerja pada saat mengerjakan pekerjaan pada waktu
jam-jam tertentu.
3)    
Kebutuhan Afiliasi
Kebutuhan
afiliasi adalah kebutuhan sosial misalnya berteman, mencintai serta diterima
dalam pergaulan lingkungan kerjanya. Manusia pada dasarnya selalu ingin hidup
berkelompok dan tidak seorangpun  manusia
ingin hidup menyendiri. Kebutuhan ini terdiri dari :
a)    
Kebutuhan akan perasaan
diterima oleh orang lain di tempat ia bekerja.
b)    
Kebutuhan akan perasaan
dihormati. Karena manusia merasa dirinya penting. Serendah-rendahnya pendidikan
dan kedudukan seseorang tetap merasa dirinya penting.
c)    
Kebutuhan akan perasaan
kemajuan dan tidak sanggup menyenangi kegagalan. Kemajuan di segala bidang
merupakan keinginan dan kebutuhan yang menjadi idaman setiap orang.
d)   
Kebutuhan
akan perasaan ikut serta. Setiap karyawan akan merasa senang jika diikutkan
dalam berbagai kegiatan dan mengemukakan saran atau pendapat pada pimpinan.
4)      Kebutuhan akan penghargaan diri/status
Merupakan kebutuhan akan
pengakuan serta penghargaan prestise dari karyawan dan masyarakat
lingkungannya. Idealnya prestise timbul karena adanya prestasi, tetapi tidak
selamanya demikian.
5)    
Kebutuhan aktualisasi diri
Kebutuhan
aktualisasi diri dipenuhi dengan menggunakan kecakapan, kemampuan, ketrampilan,
dan potensi optimal untuk mencapai prestasi kerja yang sangat memuaskan atau
luar biasa yang sulit dicapai orang lain.
Kebutuhan aktualisasi diri ini berbeda dengan
kebutuhan lain dalam dua hal. Kebutuhan aktualisasi diri hanya dapat dipenuhi
atas usaha individu itu sendiri. Aktualisasi diri berhubungan dengan
pertumbuhan individu. Kebutuhan ini berlangsung terus-menerus terutama sejalan
dengan meningkatnya jenjang karier seorang individu.
          Kimbal willes dalam Ibrahim Bafadal
(2004:101-102) menegaskan ada delapan hal yang diinginkan guru melalui
kerjanya, yaitu adanya rasa aman dan hidup layak, kondisi kerja yang
menyenangkan, rasa diikutsertakan, perlakuan yang wajar dan jujur, rasa mampu,
pengakuan dan penghargaan atas sumbangan, ikut ambil bagian dalam pembentukan
kebijakan sekolah, dan kesempatan mempertahankan self respect.
1)      Rasa aman dan hidup layak
Hidup layak bukan berarti
mewah, tetapi adanya jaminan ketercukupan akan makan, pakaian, dan perumahan
bagi guru maupun keluarganya sehingga mereka bisa hidup sebagaimana orang lain
hidup secara layak. Sedangkan rasa aman berkenaan dengan kebebasan dari
tekanan-tekanan batin, rasa takut akan masa depannya, serta adanya jaminan
kesehatan.
2)    
Kondisi kerja yang menyenangkan
Suasana kerja meliputi tempat
kerja, perlengkapan kerja, dan kepemimpinan kerja. Kondisi kerja yang
menyenangkan, misalnya tempat kerja yang menarik, bersih, rapi, perlengkapan
yang cukup, serta adanya bimbingan. Oleh karena itu, walaupun gedungnya
sederhana hendaknya selalu dibersihkan dan diatur rapi sehingga membuat orang
senang bekerja di dalamnya.
3)    
Rasa diikutsertakan
Sebagai manusia, apapun jabatannya, baik sebagai guru,
pegawai tata usaha maupun lainnya, semuanya ingin merasa dirinya termasuk dalam
anggota kelompoknya dimana ia bekerja dan berhasrat untuk bergabung mencapai
prestasi yang lebih baik. Oleh karena itu, seorang pemimpin harus memberi
kesempatan kepada anggotanya untuk memperbaiki serta menjalin hubungan sosial
dengan rekan-rekan kerjanya.
4)    
Perlakuan yang wajar dan jujur
Seorang pemimpin bertugas membina persatuan antara
anggotanya. Perlakuan setiap anggota dengan wajar dan adil. Janganlah
sekali-kali pilih kasih, di mana hanya anggota tertentu saja yang mendapatkan
perhatian. Jika kelompok merasa bahwa hanya anggota tertentu saja yang
mendapatkan perhatian, lenyaplah semangat kerja kelompok.

5)    
Rasa mampu
Setiap anggota kelompok menginginkan agar prestasi
mereka diakui oleh pemimpin. Dalam hal ini, pemimpin mengakui bahwa setiap
anggota kelompoknya mampu menunaikan tugasnya dan mengakui setiap anggota
kelompoknya memberikan sumbangan yang sangat berarti dalam mencapai tujuan
kelompok. Sehubungan dengan pembinaan moral kerja guru, kepala sekolah harus
selalu menghargai dan mengakui setiap hasil kerja guru.
6)      Pengakuan dan penghargaan atas sumbangan
Setiap orang yang bekerja ingin diakui oleh orang
lain. Begitu pula setiap guru menginginkan agar segala jerih payahnya, yang ia
lakukan demi kesuksesan sekolah, diakui oleh kepala sekolah maupun guru-guru
lainnya. Apabila keinginan untuk diakui tersebut terpenuhi maka guru akan
merasa gembira dalam bekerja.
7)      Ikut ambil bagian dalam pembuatan
kebijakan sekolah
Semua guru ingin ikut ambil
bagian dalam membuat kebijakan sekolah. Hasrat ini merupakan hasrat asasi
manusia. Jika semua guru diikutsertakan dalam membuat policy sekolah
mereka merasa dipentingkan dalam sekolah. Pengalaman membuktikan bahwa jika
tujuan ditetapkan bersama oleh kelompok maka semua anggota kelompok ikut
bertanggung jawab atas pelaksanaannya.


8)    
Kesempatan mengembangkan ”self
respect
Rasa harga diri setiap guru perlu dikembangkan agar
dapat melakukan apa yag harus dilakukan tanpa harus dididik pimpinan. Berilah
kesempatan merencanakan bersama, jangan banyak diperintah, tetapi sebaliknya,
memberikan rangsangan serta menunjukkan harapan yang positif.
          Sedang
Claude S. George dalam Malayu Hasibuan (2002:163) mengemukakan bahwa seseorang
mempunyai kebutuhan yang berhubungan dengan tempat dan suasana di lingkungan ia
bekerja, yaitu 1) upah yang adil dan layak, 2) kesempatan untuk maju/promosi,
3) pengakuan sebagai individu, 4) keamanan kerja, 5) tempat kerja yang baik, 6)
penerimaan oleh kelompok, 7) perlakuan yang wajar, 8) pengakuan atas prestasi.
          Indikator
yang dapat digunakan untuk mengukur variable motivasi dalam penelitian antara
lain : 1) tekun menghadapi tugas, 2) ulet menghadapi kesulitan, 3) menunjukkan
minat, 4) lebih senang bekerja mandiri, 5) cepat bosan pada tugas-tugas yang
rutin, 6) dapat mempertahankan pendapatnya, 7) tidak pernah melepaskan hal yang
diyakini, 8) senang mencari dan memecahkan masalah. (Malayu Hasibuan, 2002: 65).
c.     
Faktor
yang mempengaruhi tinggi rendahnya motivasi kerja
          Frederich
Hersberg dalam Sedarmayanti (2001:67) menyatakan pada manusia berlaku faktor
motivasi dan faktor pemeliharaan di lingkungan pekerjaannya. Dari hasil
penelitiannya menyimpulkan ada enam faktor motivasi yaitu (1) prestasi, (2)
pengakuan, (3) kemajuan/kenaikan pangkat, (4) pekerjaan itu sendiri, (5) kemungkinan
untuk tumbuh, (6) tanggung jawab. Sedangkan untuk pemeliharaan terdapat sepuluh
faktor yang perlu diperhatikan, yaitu (1) kebijaksanaan, (2) supervisi teknis,
(3) hubungan antar manusia dengan atasan, (4) hubungan manusia dengan
pembinanya, (5) hubungan antar manusia dengan bawahannya, (6) kompensasi, (7)
kestabilan kerja, (8) kehidupan pribadi, (9) kondisi tempat kerja, (10) status.
d.    
Ciri-ciri motivasi kerja
Menurut Sardiman (2005:83) dalam buku interaksi dan motivasi belajar
mengajar bahwa motivasi yang ada pada diri setiap orang memiliki ciri-ciri
sebagai berikut:
1)    
Tekun menghadapi tugas (dapat
menerus dalam waktu yang lama, tidak pernah berhenti sebelum selesai)
2)      Ulet menghadapi kesulitan (tidak lekas
putus asa)
3)      Menunjukkan minat terhadap
bermacam-macam masalah.
4)    
Lebih senang bekerja sendiri
5)    
Cepat bosan pada tugas-tugas
yang rutin (hal-hal yang bersifat mekanis, berulang-ulang begitu saja, sehingga
kurang kreatif).
6)      Dapat mempertahankan pendapatnya (kalau
sudah yakin akan sesuatu).
7)      Tidak pernah mudah melepaskan hal yang
diyakini.
8)      Senang mencari dan memecahkan
masalah soal-soal.
          Dengan
demikian dapat kita simpulkan bahwa seseorang yang memiliki motivasi kerja,
memiliki ciri-ciri tersebut di atas. Apabila seseorang memiliki ciri-ciri
tersebut, berarti orang itu memiliki motivasi yang cukup kuat. Ciri-ciri
motivasi seperti itu akan sangat penting dalam kegiatan belajar mengajar. Karena
kegiatan belajar mengajar akan berhasil baik, kalau gurunya tekun melaksanakan
pekerjaannya, ulet dalam memecahkan masalah dan hambatan secara mandiri. Guru
yang produktif tidak akan terjebak pada sesuatu yang rutinitas. Selain itu,
juga harus berani mempertahankan pendapatnya kalau memang yakin dan rasional.
Bahkan peka dan responsive terhadap berbagai masalah umum dan berfikir
bagaimana cara pemecahannya.
          Kesimpulan
yang dapat diambil dari motivasi kerja guru adalah dorongan bagi seorang guru
untuk melakukan pekerjaan dalam kegiatan belajar mengajar agar tercapai tujuan
sesuai rencana.
Indikator
yang digunakan untuk mengukur motivasi kerja guru adalah :
1)    
Tekun menghadapi tugas
2)      Ulet menghadapi kesulitan
3)      Menunjukkan minat terhadap
bermacam-macam masalah
4)    
Lebih senang bekerja mandiri
5)    
Cepat
bosan pada tugas yang rutin
6)    
Dapat mempertahankan
pendapatnya
7)    
Tidak pernah mudah melepaskan
hal yang diyakini
8)    
Senang mencari dan memecahkan
masalah (Sardiman, 2005:83)

3.      Supervisi Kepala Sekolah
a.       Pengertian Supervisi Kepala
Sekolah
          Supervisi adalah suatu aktivitas
pembinaan yang direncanakan untuk membantu para guru dan pegawai sekolah
lainnya dalam melakukan pekerjaan mereka secara efektif (M. Ngalim Purwanto,
2004:32). Sedangkan Jones dalam Mulyasa, E.  (2004:155), supervisi merupakan bagian yang
tidak terpisahkan dari seluruh proses administrasi pendidikan yang ditujukan
terutama untuk mengembangkan efektivitas kinerja personalia sekolah yang
berhubungan tugas-tugas utama pendidikan.
          Menurut Carter, supervisi adalah usaha
dari petugas-petugas sekolah dalam memimpin guru-guru dan petugas-petugas
lainnya dalam memperbaiki pengajaran, termasuk menstimulasi, menyeleksi
pertumbuhan jabatan dan perkembangan guru-guru serta merevisi tujuan-tujuan
pendidikan, bahan pengajaran dan metode serta evaluasi pengajaran (Peid Sahertian,
2000:17). Supervisi merupakan aktivitas menentukan kondisi/syarat-syarat yang
essensial yang akan menjamin tercapainya tujuan-tujuan pendidikan. Dari
definisi tersebut maka tugas kepala sekolah sebagai supervisor berarti bahwa
dia hendaknya pandai meneliti, mencari, dan menentukan syarat-syarat mana
sajakah yang diperlukan bagi kemajuan sekolahnya sehingga tujuan-tujuan
pendidikan di sekolah itu semaksimal mungkin dapat tercapai. Jadi supervisi
kepala sekolah merupakan upaya seorang kepala sekolah dalam pembinaan guru agar
guru dapat meningkatkan kualitas mengajarnya dengan melalui langkah-langkah
perencanaan, penampilan mengajar yang nyata serta mengadakan perubahan dengan
cara yang rasional dalam usaha meningkatkan hasil belajar siswa.
b.      Karakteristik Supervisi
          Menurut E. Mulyasa (2004:112) Salah
satu supervisi akademik yang populer adalah supervisi klinis, yang memiliki
karakteristik sebagai berikut:
1)      Supervisi diberikan berupa bantuan (bukan
perintah), sehingga inisiatif tetap berada di tangan tenaga kependidikan.
2)      Aspek yang disupervisi berdasarkan usul
guru, yang dikaji bersama kepala sekolah sebagai supervisor untuk dijadikan
kesepakatan.
3)      Instrumen dan metode observasi
dikembangkan bersama oleh guru dan kepala sekolah.
4)      Mendiskusikan dan menafsirkan hasil pengamatan
dengan mendahulukan interpretasi guru.
5)      Supervisi dilakukan dalam suasana terbuka
secara tatap muka, dan supervisor lebih banyak mendengarkan serta menjawab
pertanyaan guru daripada memberi saran dan pengarahan.
6)      Supervisi klinis sedikitnya memiliki tiga
tahap, yaitu pertemuan awal, pengamatan, dan umpan balik.
7)      Adanya penguatan dan umpan balik dari
kepala sekolah sebagai supervisor terhadap perubahan perilaku guru yang positif
sebagai hasil pembinaan.
8)      Supervisi dilakukan secara berkelanjutan
untuk meningkatkan suatu keadaan dan memecahkan suatu masalah.
c.       Faktor yang mempengarui berhasil tidaknya
supervisi
          Menurut M. Ngalim Purwanto (2004:118)
ada beberapa faktor yang mempengaruhi berhasil tidaknya supervisi atau
cepat-lambatnya hasil supervisi antara lain:
1)      Lingkungan masyarakat tempat sekolah itu
berada. Apakah sekolah itu di kota besar, kota kecil, atau pelosok. Di lingkungan
masyarakat orang-orang kaya atau di lingkungan orang-orang yang pada umumnya
kurang mampu. Di lingkungan masyarakat intelek, pedagang, atau petani dan
lain-lain.
2)      Besar-kecilnya sekolah yang menjadi
tanggung jawab kepala sekolah. Apakah sekolah itu merupakan kompleks sekolah
yang besar, banyak jumlah guru dan muridnya, memiliki halaman dan tanah yang
luas, atau sebaliknya.
3)      Tingkatan dan jenis sekolah. Apakah
sekolah yang di pimpin itu SD atau sekolah lanjutan, SLTP, SMU atau SMK dan
sebagainya semuanya memerlukan sikap dan sifat supervisi tertentu.
4)      Keadaan guru-guru dan pegawai yang
tersedia. Apakah guru-guru di sekolah itu pada umumnya sudah berwenang,
bagaimana kehidupan sosial-ekonomi, hasrat kemampuannya, dan sebagainya.
5)      Kecakapan dan keahlian kepala sekolah itu
sendiri. Di antara faktor-faktor yang lain, yang terakhir ini adalah yang
terpenting. Bagaimanapun baiknya situasi dan kondisi yang tersedia, jika kepala
sekolah itu sendiri tidak mempunyai kecakapan dan keahlian yang diperlukan,
semuanya itu tidak akan ada artinya. Sebaliknya, adanya kecakapan dan keahlian
yang dimiliki olehkepala sekolah, segala kekurangan yang ada akan menjadi
perangsang yang mendorongnya untuk selalu berusaha memperbaiki dan
menyempurnakannya.
d.      Fungsi kepala sekolah sebagai supervisor
pengajaran
          Kegiatan atau usaha-usaha yang dapat
dilakukan oleh kepala sekolah sesuai dengan fungsinya sebagai supervisor antara
lain:
1)      Membangkitkan dan merangsang guru-guru
serta pegawai sekolah dalam menjalankan tugasnya masing-masing dengan
sebaik-baiknya.
2)      Berusaha mengadakan dan melengkapi
alat-alat perlengkapan sekolah termasuk media instruksional yang diperlukan
bagi kelancaran serta keberhasilan proses belajar-mengajar.
3)      Bersama guru-guru berusaha mengembangkan,
mencari, serta menggunakan metode-metode mengajar yang lebih sesuai dengan
tuntutan kurikulum yang sedang berlaku.
4)    
Membina kerja sama yang baik
dan harmonis di antara guru-guru dan pegawai sekolah lainnya.
5)    
Berusaha mempertinggi mutu dan
pengetahuan guru-guru dan pegawai sekolah, antara lain dengan mengadakan
diskusi-diskusi kelompok, menyediakan perpustakaan sekolah, dan atau mengirim
mereka untuk mengikuti penataran-penataran, seminar, sesuai dengan bidangnya
masing-masing.
6)    
Membina hubungan kerja sama
antara sekolah dengan BP3 atau komite sekolah dalam rangka peningkatan mutu
pendidikan para siswa.
e.     
Teknik-teknik supervisi
          Menurut
M. Ngalim Purwanto (2004:120-122), secara garis besar cara atau tehnik
supervisi dapat digolongkan menjadi dua, yaitu tehnik perseorangan dan teknik kelompok.
1)    
Teknik perseorangan
Yang dimaksud dengan teknik perseorangan ialah supervisi
yang dilakukan secara perseorangan. Beberapa keg
iatan yang dapat dilakukan antara lain :


a)      Mengadakan kunjungan kelas (classroom
visition
)
Yang dimaksud dengan kunjungan
kelas ialah kunjungan sewaktu-waktu yang dilakukan oleh seorang supervisor
(kepala sekolah) untuk melihat atau mengamati seorang guru yang sedang
mengajar. Tujuannya untuk mengobservasi bagaimana guru mengajar, apakah sudah memenuhi
syarat-syarat dedaktis atau metodik yang sesuai. Dengan kata lain, untuk
melihat apa kekurangan atau kelemahan yang sekiranya masih perlu diperbaiki.
b)      Mengadakan kunjungan observasi (observation
visits
)
Guru-guru dari suatu sekolah
sengaja ditugaskan untuk melihat/mengamati seorang guru yang sedang
mendemonstrasikan cara-cara mengajar suatu mata pelajaran tertentu. Misalnya
cara menggunakan alat atau media yang baru, seperti audio-visual aids, cara
mengajar dengan metode tertentu, seperti misalnya sosiodrama, problem solving,
diskusi panel, fish bowl, metode penemuan (discovery), dan sebagainya.
c)      Membimbing guru-guru tentang cara-cara
mempelajari pribadi siswa dan atau mengatasi problema yang dialami siswa
Banyak masalah yang dialami guru dalam mengatasi
kesulitan-kesulitan belajar siswa. Misalnya siswa yang lamban dalam belajar,
tidak dapat memusatkan perhatian, siswa yang nakal, siswa yang mengalami
perasaan rendah diri dan kurang dapat bergaul dengan teman-temannya.
Masalah-masalah yang sering timbul di dalam kelas yang disebabkan oleh siswa
itu sendiri lebih baik dipecahkan atau diatasi oleh guru kelas itu sendiri
daripada diserahkan kepada guru bimbingan atau konselor yang mungkin akan
memakan waktu yang lebih lama untuk mengatasinya.
d)     Membimbing guru-guru dalam hal-hal yang
berhubungan dengan pelaksanaan kurikulum sekolah, antara lain :
(1) 
Menyusun program catur wulan
atau program semester
(2) 
Menyusun atau membuat program
ssatuan pelajaran
(3) 
Mengorganisasikan
kegiatan-kegiatan pengelolaan kelas
(4)   Melaksanakan teknik-teknik evaluasi pengajaran
(5)   Menggunakan media dan sumber dalam
proses belajar-mengajar
(6)   Mengorganisasikan
kegiatan-kegiatan siswa dalam bidang ekstrakurikuler, study tour, dan
sebagainya.
2)    
Teknik kelompok
Teknik kelompok merupakan teknik supervisi yang dilakukan secara
kelompok. Beberapa kegiatan yang dapat dilakukan antara lain :


a)      Mengadakan pertemuan atau rapat (meetings)
Seorang kepala sekolah yang baik umumnya
menjalankan tugasnya berdasarkan rencana yang telah disusunnya. Termasuk
didalam perencanaan itu antara lain mengadakan rapat-rapat secara periodik
dengan guru-guru.
b)    
Mengadakan diskusi kelompok (group
discussions
)
Diskusi
kelompok dapat diadakan dengan membentuk kelompok-kelompok guru bidang studi
sejenis. Kelompok-kelompok yang telah terbentuk itu diprogramkan untuk
mengadakan pertemuan/diskusi guna membicarakan hal-hal yang berhubungan dengan
usaha pengembangan dan peranan proses belajar-mengajar.
c)    
Mengadakan penataran-penataran
(inservice-training)
Teknik
supervisi kelompok yang dilakukan melalui penataran-penataran sudah banyak
dilakukan. Misalnya penataran untuk guru-guru bidang studi tertentu, penataran
tentang metodologi pengajaran, dan penataran tentang administrasi pendidikan.
Mengingat bahwa penataran-penataran tersebut pada umumnya diselenggarakan oleh
pusat atau wilayah, maka tugas kepala sekolah terutama adalah mengelola dan
membimbing pelaksanaan tindak lanjut (follow-up) dari hasil penataran,
agar dapat dipraktekkan oleh guru-guru.
          Menurut
Gwynn, dalam Ibrahim Bafadal (2004 :48-50), teknik supervisi digolongkan
menjadi dua kelompok, yaitu teknik perorangan dan teknik kelompok. Teknik
supervisi individual meliputi : 1) kunjungan kelas, 2) percakapan pribadi, 3)
kunjungan antarkelas, 4) penilaian sendiri. Sedang teknik supervisi kelompok
meliputi : 1) kepanitiaan, 2) kursus, 3) laboratorium kelompok, 4) bacaan
terpimpin, 5) demonstrasi pembelajaran, 6) perjalanan staf, 7) diskusi panel,
8) perpustakaan profesional, 9) organisasi profesional, 10) bulletin supervisi,
11) sertifikasi guru, 12) tugas belajar, 13) pertemuan guru.
            Berdasarkan
beberapa pendapat dan uraian tersebut di atas dapat diambil kesimpulan, bahwa
supervisi kepala sekolah adalah proses pembinaan kepala sekolah kepada guru
dalam rangka memperbaiki proses belajar mengajar. Adapun teknik yang biasa
digunakan adalah kunjungan kelas, pertemuan baik formal maupun informal serta
melibatkan guru lain yang dianggap berhasil dalam proses belajar mengajar. Ada
beberapa teknik yang biasa digunakan kepala sekolah dalam mensupervisi gurunya,
namun dalam penelitian ini hanya indikator : kunjungan kelas, semangat kerja
guru, pemahaman tentang kurikulum, pengembangan metode dan evaluasi,
rapat-rapat pembinaan, dan kegiatan rutin diluar mengajar yang kami teliti
sedangkan indikator lain tidak kami teliti karena kurang mengungkap masalah
yang kami teliti (M. Ngalim Purwanto, 2004:123)
            Berdasarkan
uraian di atas, maka dapat dirumuskan indicator yang dapat digunakan untuk
penulaian variabel supervisi kepala sekolah diantaranya yaitu : 1.) supervisi
kunjungan kelas, 2.) semangat kerja guru, 3.) pemahaman tentang kurikulum, 4.)
pengembangan metode dan evaluasi, 5.) rapat-rapat pembinaan, 6.) kegiatan
diluar mengajar  (Peid Sahertian,
2000:17)

B.     Kerangka Pemikiran
            Berdasarkan uraian teori di atas,
maka dapat diketahui bahwa motivasi yang merupakan dorongan dalam diri seorang
guru sangat dibutuhkan dalam rangka meningkatkan kualitas proses pembelajaran.
Dengan adanya motivasi yang positif dalam diri setiap guru akan dapat
meningkatkan hasil pembelajaran. Hal ini dikarenakan dengan adanya dorongan
akan kesadaran guru terhadap tugas dan tanggung jawabnya, maka guru akan dapat
selalu berupaya yang lebih baik terhadap keberhasilan peserta didiknya. Untuk
itu motivasi guru harus selalu diperhatikan agar motivasi guru selalu dapat
meningkat.
            Rendahnya motivasi guru untuk
melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya terhadap keberhasilan peserta didik
seringkali menjadikan penghambat terhadap keberhasilan peserta didik. Guru
terkesan hanya melakukan tugas tanpa adanya kesadaran yang muncul dari dalam
diri masing-masing akan tugas mulia yang diembannya. Untuk itu motivasi guru
harus selalu diperhatikan agar senantiasa meningkat. Salah satu upaya yang
dapat diterapkan dalam rangka meningkatkan motivasi guru yang ada di SDN Tambakroto
Kecamatan Sayung   Kabupaten Demak   adalah
dengan melaksanakan supervisi kepala sekolah yang efektif. Hal ini dilakukan
mengingat peranan supervisi kepala sekolah sangatlah besar dalam rangka
meningkatkan kualitas pembelajaran di sekolah.
Supervisi kepala sekolah yang
dilaksanakan secara efektif akan dapat mengoptimalkan kinerja guru.
            Sehingga selain supervisi kepala
sekolah dapat meningkatkan motivasi guru, pelaksanaan supervisi yang efektif
juga diharapkan akan dapat meningkatkan kinerja guru yang ada di sekolah
tersebut. Hal ini dikarenakan supervisi merupakan salah satu bentuk
pengendalian terhadap aktivitas dan proses pembelajaran yang ada di sekolah
yang dilakukan secara langsung oleh kepala sekolah. Sehingg peran kepala
sekolah dalam aktivitas supervisi sangatlah besar.
            Berdasarkan uraian tersebut di tas,
maka dalam penelitian ini dapat digambarkan kerangka pemikiran sebagai berikut
:












Gambar 1. Kerangka Pemikiran

C.    Hipotesis Tindakan
            Berdasarkan uraian teori dan
kerangka pemikiran di atas, maka dapat dirumuskan hipotesis tindakan dalam
penelitian ini yaitu sebagai berikut :
1.      Pelaksanaan supervisi kepala
sekolah yang ada di SDN Tambakroto Kecamatan Sayung   tahun
pelajaran 2014/2015    dapat dilaksanakan dengan baik.
2.      Pelaksanaan supervisi kepala
sekolah dalam meningkatkan motivasi dan kinerja guru di SDN Tambakroto Kecamatan
Sayung   tahun pelajaran 2014/2015   .



















 
BAB III

METODE PENELITIAN

A.    Jenis Penelitian
            Metode yang
 digunakan
 dalam
 penelitian  ini  adalah  metode  Penelitian
Tindakan Sekolah (PTS). PTS merupakan suatu prosedur penelitian yang diadaptasi dari Penelitian Tindakan  Kelas
(PTK) (Panitia/Tim
Penguatan Kepala Sekolah di Lorin Solo, 2011).
 
Penelitian  tindakan  sekolah merupakan
penelitian partisipatoris yang menekankan pada tindakan dan refleksi
berdasarkan pertimbangan
rasional dan logis
untuk melakukan perbaikan
terhadap suatu kondisi nyata, memperdalam pemahaman   terhadap   tindakan   yang dilakukan, dan memperbaiki situasi
dan kondisi sekolah/pembelajaran
secara praktis  (Depdiknas, 2008:11-12).
Secara singkat, PTS bertujuan untuk mencari pemecahan permasalahan
 nyata yang terjadi di sekolah-sekolah, sekaligus mencari
jawaban ilmiah bagaimana masalah-masalah tersebut
bisa dipecahkan melalui
suatu tindakan perbaikan.
            Pendekatan yang digunakan dalam penelitian tindakan ini ialah pendekatan kualitatif. Artinya penelitian ini dilakukan karena ditemukan permasalahan
rendahnya motivasi dan kinerja guru.
Permasalahan ini ditindaklanjuti dengan cara melaksanakan supervise kepala
sekolah. Kegiatan tersebut diamati kemudian dianalisis dan direfleksi. Hasil revisi kemudian diterapkan kembali
pada siklus-siklus berikutnya.
 
            Penelitian ini adalah penelitian tindakan model Stephen
Kemmis dan Mc.
Taggart (1988) yang diadopsi oleh Syamsuddin
dan Damaianti, 2006: 203-206) yang kemudian diadaptasikan
dalam penelitian ini. Model ini menggunakan sistem empat komponen
penelitian yang dimulai
dari  perencanaan,  tindakan,   pengamatan,   refleksi,
 dan
 perencanaan
 kembali
 yang
merupakan  dasar  pemecahan  masalah.
Kegiatan penelitian tindakan sekolah
ini, terdiri atas beberapa tahap,
yaitu: 1)  Perencanaan; 2) Pelaksanaan; 3) Pengamatan; dan 4) Refleksi. Langkah-langkah penelitian  tindakan  sekolah
 dapat
 digambarkan
 seperti
 gambar dibawah ini:
Gambar
2. Prosedur Penelitian
B.   
Subjek Penelitian
            Subjek dalam penelitian tindakan sekolah ini adalah guru-guru di SDN
Tambakroto   , Kecamatan Sayung  , Kabupaten
Demak   yang berjumlah 12 orang, yang terdiri dari
laki-laki 5 orang dan perempuan 7 orang.  Waktu penelitian dilakukan pada bulan
Januari sampai dengan
bulan Mei pada semesterr II tahun pelajaran
2014/2015   .    

C.    Sumber Data
            Data yang dikumpulkan untuk penelitian
ini berupa data primer. Adapun penjelasan dari data primer tersebut adalah data
primer. Data primer ini merupakan data yang dihasilkan untuk memenuhi kebutuhan
penyelidikan yang sedang ditangani (Maholtra, 1999).Data ini dikumpulkan secara
langsung dari lapangan, yang diperoleh dengan cara melakukan pengamatan dan
kuesioner atau chek list.
            Untuk mencari data dalam penelitian
ini, peneliti melakukan pengamatan kepada sejumlah guru yang diteliti.
Adapun pengamatan dilakukan setiap pagi
dalam jangka satu minggu berturut-turut. Ketika dalam melakukan pengamatan
dalam siklus pertama belum memenuhi indikator yang telah ditentukan, maka
pengamatan dilanjutkan siklus kedua. Dalam melakukan pengamatan peneliti
menggunakan chek list jam kedatangan untuk setiapguru yang diamati 


D.    Teknik dan Alat Pengumpulan Data
1.      Observasi
            Sutopo, (2006: 76) Observasi
berperan partisipasif dilakukan peneliti untuk mengamati dan menggali informasi
mengenahi perilaku dan kondisi dan lingkungan peneliti menurut kondisi
sesungguhnya. saat penelitian berlangsung maupun sesudahnya. Obseravasi
partisipasif yang dilakukan peneliti saat penelitian berlangsung maupun
sesudahnya. Observasi dilakukan sebelum, saat, dan sesudah penelitian terutama untuk
mengamati kedisiplinan guru dalam kehadiran mengajar di kelas.
2.      Wawancara
            Syamsudin dan Damaianti (2006: 239),
pengumpulan data untuk PTS, kecuali melalui observasi juga dengan melakukan
wawancara. Orang-orang yang diwawancarai adalah guru, siswa dan wali murid. Wawancara
ini dilakukan sebelum dan sesudah penelitian..

E.     Indikator Kinerja
            Penelitian ini dilaksanakan dalam dua siklus.
Sebagai indikator penilaian  peningkatan
motivasi dan kinerja guru yang ada di SDN Tambakroto Kecamatan Sayung   Kabupatek Demak   dapat
dilihat dari :
1.      Motivasi :
a.       Tekun menghadapi tugas
b.      Ulet menghadapi kesulitan
c.       Menunjukkan minat terhadap bermacam-macam masalah
d.      Lebih senang bekerja mandiri
e.     
Cepat
bosan pada tugas yang rutin
f.       Dapat mempertahankan pendapatnya
g.      Tidak pernah mudah melepaskan hal yang diyakini
h.      Senang mencari dan memecahkan masalah (Sardiman, 2005:83)
2.      Kinerja :
a.     
Penyusunan rencana pembelajaran
b.    
Pelaksanaan interaksi belajar-
mengajar
c.     
Penilaian
prestasi belajar peserta didik
d.    
Pelaksanaan tindak lanjut hasil
penilaian prestasi belajar peserta didik
e.       Pengembangan profesi
f.       Pemahaman wawasan kependidikan
g.      Penguasaan bahan kajian akademik (sesuai dengan mata pelajaran yang
diajarkan. (Standar Kompetensi Guru Direktorat Tenaga Kependidikan 2003)
            Dari hasil indicator kinerja
tersebut, untuk dapat melihat keberhasilan dari pelaksanaan tindakan dalam
penelitian ini maka perlu ditetapkan target pencapaian kinerja. Di mana dalam
penelitian ini tindakan supervisi kepala sekolah dikatakan berhasil
meningkatkan motivasi dan kinerja guru apabila dengan pelaksanaan tindakan
tersebut mampu mencapai penilaian motivasi dan kinerja kepala sekolah yaitu 75%
dari guru mempunyai penilaian yang baik. .

F.     Prosedur Penelitian
            Kegiatan penelitian ini dilakukan
melalui beberapa tahap. Tahap-tahap dalam
dalam PTS yang disampaikan oleh I.G.A.K. Wardani (2007: 2.4) sebagai
berikut: (1) merumuskan masalah, merencanakan tindakan dan persiapan (planning),
(2) pengenalan tahap awal terhadap penerapan reward and punishment  (3) penyusunan rencana tindakan (4)
pelaksanaan yaitu implementasi tindakan (5) pengamatan, dan (6) refleksi.
1.      Persiapan
            Pada tahap persiapan peneliti
memberitahu kepada guru Sekolah SD Negeri Tambakroto bahwa peneliti akan
melakukan kegiatan Penelitian Tindakan Sekolah (PTS). Penelitian Tindakan
Sekolah ini dirancang untuk penyempurnaan atau peningkatan motivasi dan kinerja
guru  (Susilo, 2007: 16). Di dalam
prosedur penelitian ini ditekankan pada mekanisme penelitian pihak-pihak yang
terkait secara aktif, alat atau instrumen yang digunakan adalah blanko
pengamatan atau chek lis, kertas, dan jam.
2.      Siklus I
            Dalam
penelitian ini rencana tindakan yang dilakukan berupa  siklus-siklus. Disetiap siklus memuat
beberapa langkah untuk menyelesaikan permasalahan. George Boeree, (2008: 63-64)
menjelaskan bahwa siklus-siklus dalam penelitian merupakan tahap awal untuk
mencoba mengatasi permasalahan.
a.       Perencanaan
          Untuk melaksanakan tindakan dalam
perencanaan pada siklus diperlukan rancangan yang dijadikan pedoman peneliti.
Sementara yang dipersiapkan peneliti untuk dijadikan pedoman. Dalam penelitian
ini perencanaan dilakukan dengan melakukan wawancara kepada kepala sekolah,
terkait dengan pelaksanaan penelitian yaitu pelaksanaan suervisi kepela sekolah
dalam rangka meningkatkan motivasi dan kinerja guru. Peneliti dan kepala
sekolah melakukan kerja sama dalam rangka perencanaan kegiatan supervisi.
          Perencanaan juga dilakukan dengan
mempersiapkan antara lain yaitu :
1)      Aspek penilaian motivasi dan kinerja.
2)      Blangko penilaian motivasi dan kinerja
3)      Pedoman observasi wawancara.
4)      Menetapkan jadwal pelaksanaan supervisi.
b.      Tindakan
          Di dalam pelaksanaan supervisi kepala
sekolah yang diterapkan dalam rangka meningkatkan motivasi dan kinerja guru di
SDN Tambakroto    Kecamatan Sayung   Kabupaten Demak   Tahun 2014/2015    dilakukan baik secara perseorangan maupun secara
kelompok. Supervisi perseorangan dilakukan dengan melakukan : 1) kunjungan
kelas, 2) percakapan pribadi, 3) kunjungan antar kelas, 4) penilaian sendiri.
Sedang teknik supervisi kelompok meliputi : 1) kepanitiaan, 2) kursus, 3)
laboratorium kelompok, 4) bacaan terpimpin, 5) demonstrasi pembelajaran, 6)
perjalanan staf, 7) diskusi panel, 8) perpustakaan profesional, 9) organisasi
profesional, 10) bulletin supervisi, 11) sertifikasi guru, 12) tugas belajar,
13) pertemuan guru.
          Supervisi dilakukan oleh kepala
sekolah setiap saat pada kelas-kelas terkait motivasi dan kinerja guru dalam
proses pembelajaran. Pelaksanaan supervisi juga dilakukan dengan melakukan
diskusi dan memberikan arahan kepada guru terkait dengan permasalahan yang
dijumpai pada saat supervisi. Seperti ada kelas yang terlihat sangat ramai dan
gaduh. Pada saat itu pula kepala sekolah memberikan pengarahan kepada guru
untuk mengatasinya. Selain itu juga apabila terdapat kelas yang ditinggalkan
oleh gurunya kepala sekolah juga harus mengarahkan kepada guru piket untuk
segera mengatasinya.
          Dari hasil pelaksanaan supervisi
kepala sekolah tersebut diharapkan kepala sekolah akan dapat melakukan
penilaian atau evaluasi terhadap motivasi dan kinerja guru yang sesungguhnya.
Supervisi dilakukan tanpa adanya pemberitahuan terlebih dahulu. Dalam setiap
pelaksanaan supervisi kepala sekolah memberikan penilaian terhadap aspek
motivasi dan kinerja sesuai dengan yang telah direncanakan untuk mengetahui penilaian
motivasi dan kinerja setiap guru dalam proses pembelajaran.
c.       Observasi
          Dalam penelitian ini observasi
dilakukan mulai sebelum pelaksanaan tindakan yang ditujukan untuk mengetahui
kondisi awal, selama pelaksanaan tindakan dan setelah pelaksanaan supervisi
terkait dengan penilaian terhadap motivasi dan kinerja guru dalam proses
pembelajaran.
          Dengan demikian obeservasi dalam
penelitian ini dilaksanakan selama proses pembelajaran peneliti mengadakan
analisis kelebihan dan kekurangan dari tindakan tersebut. Kekurangan yang ditemukan
pada siklus I akan diperbaiki pada siklus berikutnya. Observasi yang dilakukan
terhadap guru selama satu minggu pada siklus satu, selalu dievaluasi dan
dianalisa terkait dengan motivasi guru dan kinerja guru. Supervisi kepala
sekolah dilaksanakan selama satu minggu terhadap semua kegiatan guru yang ada
di sekolah, baik kegiatan pembelajaran di kelas maupun kegiatan di luar
pembelajaran di dalam kelas.
d.      Evaluasi dan Refleksi
          Evaluasi atau penilaian dilakukan untuk
menentukan apakah terdapat peningkatan motivasi dan kinerja guru setelah
dilakukan supervisi kepala sekolah. Apabila dalam pelaksanaannya masih terdapat
kekurangan dan target pencapaian motivasi dan kinerja guru belum tercapai, maka
perlu adanya langkah perbaikan terhadap pelaksanaan supervisi untuk siklus
berikutnya agar dalam penerapannya dapat meningkatkan motivasi dan kinerja
guru.
          Dari hasil penilaian terhadap
pelaksanaan tindakan pada siklus I, maka perlu dilakukan refleksi apakah
pelaksanaan tindakan pada siklus I tersebut mampu mencapai target peningkatan
motivasi dan kinerja yang telah ditetapkan yaitu 75% guru mempunyai penilaian
terhadap motivasi dan kinerja yag baik. Apabila dalam penilaian masih di bawah
target yang ditetapkan, maka perlu dilakukan perbaikan atas pelaksanaan
tindakan terhadap siklus I pada siklus berikutnya.
      


3.      Siklus II
a.       Perencanaan
          Untuk melaksanakan tindakan dalam
perencanaan pada siklus II tentu saja didasarkan pada hasil refleksi pada
siklus I. Dari hasil observasi atas kekurangan yang ada pada siklus I akan
diperbaiki pada siklus II. Untuk itu dalam perencanaan siklus II dalam
penelitian ini pada dasarnya hampir sama dengan perencanaan yang ada pada
siklus I dan memberikan penambahan terhadap kekeurangan yang ada pada
pelaksanaan siklus I. Untuk perencanaan siklus II secara teknis sama dengan
perencanaan siklus I antara lain yaitu :
1)      Mempersiapkan aspek penilaian motivasi dan
kinerja.
2)      Blangko penilaian motivasi dan kinerja
3)      Pedoman observasi wawancara.
4)      Menetapkan jadwal pelaksanaan supervisi
5)      Memilih teknik supervisi yang efektif.
b.      Tindakan
          Di dalam pelaksanaan supervisi kepala
sekolah yang diterapkan dalam rangka meningkatkan motivasi dan kinerja guru di
SDN Tambakroto    Keamatan Sayung   Kabupaten Demak   Tahun 2014/2015    pada
siklus II dilakukan baik secara perseorangan maupun secara kelompok. Supervisi
perseorangan dilakukan dengan melakukan : 1) kunjungan kelas, 2) percakapan
pribadi, 3) kunjungan antar kelas, 4) penilaian sendiri. Sedang teknik
supervisi kelompok meliputi : 1) kepanitiaan, 2) kursus, 3) laboratorium
kelompok, 4) bacaan terpimpin, 5) demonstrasi pembelajaran, 6) perjalanan staf,
7) diskusi panel, 8) perpustakaan profesional, 9) organisasi profesional, 10)
bulletin supervisi, 11) sertifikasi guru, 12) tugas belajar, 13) pertemuan guru.
          Supervisi dilakukan oleh kepala
sekolah setiap saat pada kelas-kelas terkait motivasi dan kinerja guru dalam
proses pembelajaran. Pelaksanaan supervisi juga dilakukan dengan melakukan
diskusi dan memberikan arahan kepada guru terkait dengan permasalahan yang
dijumpai pada saat supervisi. Seperti ada kelas yang terlihat sangat ramai dan
gaduh. Pada saat itu pula kepala sekolah memberikan pengarahan kepada guru
untuk mengatasinya. Selain itu juga apabila terdapat kelas yang ditinggalkan
oleh gurunya kepala sekolah juga harus mengarahkan kepada guru piket untuk
segera mengatasinya.
          Dari hasil pelaksanaan supervisi
kepala sekolah tersebut diharapkan kepala sekolah akan dapat melakukan
penilaian atau evaluasi terhadap motivasi dan kinerja guru yang sesungguhnya.
Supervisi dilakukan tanpa adanya pemberitahuan terlebih dahulu. Dalam setiap
pelaksanaan supervisi kepala sekolah memberikan penilaian terhadap aspek
motivasi dan kinerja sesuai dengan yang telah direncanakan untuk mengetahui
penilaian motivasi dan kinerja setiap guru dalam proses pembelajaran.
c.       Observasi
          Dalam penelitian ini observasi
dilakukan mulai sebelum pelaksanaan tindakan yang ditujukan untuk mengetahui
kondisi awal, selama pelaksanaan tindakan dan setelah pelaksanaan supervisi
terkait dengan penilaian terhadap motivasi dan kinerja guru dalam proses pembelajaran.
          Dengan demikian obeservasi dalam
penelitian ini dilaksanakan selama proses pembelajaran peneliti mengadakan
analisis kelebihan dan kekurangan dari tindakan tersebut. Kekurangan yang ditemukan
pada siklus II akan diperbaiki pada siklus berikutnya dan apabila dengan
pelaksanaan supervisi tersebut telah mampu mencapai target motivasi dan kinerja
yang ditetapkan yaitu 75% guru mempunyai motivasi dan kinerja yang baik, maka
supervisi dalam siklus II akan tetap dipertahankan untuk dapat mempertahankan
motivasi dan kinerja guru.
          Observasi yang dilakukan terhadap guru
selama satu minggu pada siklus satu, selalu dievaluasi dan dianalisa terkait
dengan motivasi guru dan kinerja guru. Supervisi kepala sekolah dilaksanakan
selama satu minggu terhadap semua kegiatan guru yang ada di sekolah, baik
kegiatan pembelajaran di kelas maupun kegiatan di luar pembelajaran di dalam
kelas.
d.      Evaluasi dan Refleksi
          Evaluasi atau penilaian dilakukan untuk
menentukan apakah terdapat peningkatan motivasi dan kinerja guru setelah
dilakukan supervisi kepala sekolah. Apabila dalam pelaksanaannya masih terdapat
kekurangan dan target pencapaian motivasi dan kinerja guru belum tercapai, maka
perlu adanya langkah perbaikan terhadap pelaksanaan supervisi untuk siklus
berikutnya agar dalam penerapannya dapat meningkatkan motivasi dan kinerja
guru. Dalam penilaian pada siklus ini dilakukan dengan memberikan penilaian
secara langsung oleh kepala sekolah terhadap aspek penilaian motivasi dan
kinerja guru selama pelaksanaan supervisi. Sehingga kepala sekolah melakukan
penilaian setiap aspek motivasi dan kinerja guru yang ada pada saat pelaksanaan
supervisi berjalan.
          Wardani dkk (2007: 2.32) menjelaskan
bahwa melakukan refleksi tidak ubahnya seperti berdiri di depan cermin untuk
melihat kembali bayangan kita atau memantulkan kembali kejadian yang perlu
dikaji. Untuk itu tahap ini, akan dilakukan validasi data dari pengamatan
peneliti dan wawancara. Hasil refleksi I ini akan dijadikan dasar untuk
melanjutkan siklus II. Apabila pada siklus I masih ditemukan dalam hal motivasi
dan kinerja guru, maka sangat perlu dilanjutkan siklus II.
        


























 
BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A.  
Gambaran Umum Objek
Penelitian
1.      Sejarah dan Perkembangan SDN Tambakroto, Sayung    Demak 
            Untuk mendapatkan data peneliti
perlu melakukan wawancara dengan pihak guru. Dalam hal ini peneliti wawancara
dengan guru kelas III, guru kelas IV, dan guru kelas VI SDN Tambakroto   , yang beralamatkan di Dusun Tambakroto, Desa Tambakroto   , Kecamatan Sayung  , Kabupaten Demak  . Sekolah ini merupakan Sekolah Dasar (SD)
Inti di Gugus Palapa. Jarak sekolah ke kecamatan
kurang lebih 8 km dan jarak sekolah dari ibu kota kabupaten kurang lebih 20 km.
            SDN Tambakroto didirikan tanggal 17 April 1977
dengan luas tanah dan bangunan 4450  Saat
ini jumlah siswa 232 terdiri dari laki-laki sebanyak 133 siswa dan jumlah siswa
perempuan sebanyak 99 siswa. Dari tahun 1978 s/d tahun 2009 telah mengalami 7
kali pergantian kepala sekolah yaitu 1) Tahun 1978 s/d 1979 Sutarno; 2) Tahun
1979 s/d 1980 Suwarno, BA; 3) Tahun 1981 s/d
1999 Hj. Amini; 4) Tahun 2000 s/d 2009 Sukardi, S.Pd; 5)  1 Agustus 2009 s/d 9 Nopember 2009 diampu
oleh Sugiyatno, S.Pd; dan 6) 21 Oktober 2009
sampai 24 Oktober 2011 Sri Rukamsi, S.Pd, M.Pd. dan 24 Oktober 2011
sampai sekarang Eko Sri Taryatmi, S.Pd, MM.




49
 





2.      Guru dan Karyawan SDN Tambakroto  
            Secara rinci guru dan karyawan SD
Negeri Tambakroto Kecamatan Sayung   Kabupaten Demak   berjumlah 15 orang, yang terdiri dari  1 kepala sekolah, 9 orang guru tetap pegawai
negeri sipil, 2 orang guru diperbantukan di MI Demak   pegawai negeri sipil, 3 orang masih berstatus
wiyata bakti atau tenaga honorer dan 1 orang sebagai guru tamu. Semua guru di
SDN Tambakroto berpendidikan mulai dari D II sampai Setrata 2. Guru yang baru
berpendidikan D II dalam proses menempuh ke jenjang pendidikan yang lebih
tinggi, yaitu pendidikan S 1 PGSD.
Table 4.1.
Daftar Nama Guru dan
Karyawan

     No

NAMA/NIP

GOL


JABATAN

PENDIDIKAN

1

2

3

      
4

5

1

Sri Rukamsi,
S.Pd, M.Pd

IV B

Kepala Sekolah

S2



19600304 198201
2 008







2

Supardi,
A.Ma.Pd

IV A

Guru Kelas VA

       
D II



19520612 197501
1 006







3

Mulyani, S.PD.
SD

IV A

Guru Kelas VI

S1



19590502 197911
2 007







4

Sri Nunuk
Sutini, S.Pd

IV A

Guru Kelas I

S1



19620106 198201
2 008







5

Sri Hardani,
S.Pd

IV A

Guru Kelas VB

S1



19680625 198810 2 001







6

Suratto, A.Ma.Pd

IV
A

Guru
Kelas II

D
II



19530325 197802 1 007







7

Syamsiyati, S.Ag.I

IV
A

Guru Islam

S1



131 026 934







8

Muh. Nurhadi EL H S.Pd

III B

Guru Penjasor

S1



19711001
200701 1 008







9

Hartini,
S.Pd

III B

DP MIM Kra

S1



19700620
200701 2 017







10

Hartono,
S.Pd.SD

II C

Guru Kelas IV

S1



19700060 200701 1 020







11

Khomarudin, A.Ma.Pd

II
C

Guru Kelas III

           DII



19760218 200701 1 004





     

12

Heru Winarno A.Ma.Pd,

II
C

DP MIM Kra

D
II



19700521 200701 1 017





     

13

Tri Astuti

-

Guru
WB Bahasa Inggris

S1











14

Erlina Budi Astuti

-

TI dan pustakawan

D
II











15

Lilian Maryanti,
S.Pd

-

Guru Agama Kristen

Sarjana











16

Aris Sutarno

-

Karyawan/Penjaga

STM
Mesin

B.   
Hasil Penelitian
1.    
Kondisi Awal (Pra Siklus)
            Dalam
penelitian ini sebelum dilakukan tindakan, peneliti perlu terlebih dahulu
mengetahui kondisi awal yang ada terkait dengan penilaian terhadap motivasi dan
kinerja guru yang ada di SDN Tambakroto Kecamatan Sayung   Kabupaten Demak   tahun 2014/2015   . Adapun hasil penilaian kondisi awal
motivasi dan kinerja guru yan ada di SDN Tambakroto Kecamatan Sayung   Kabupaten Demak   tahun 2014/2015    secara rinci dapat dilihat pada tabel di bawah
ini.



Tabel 4.2.
Kondisi Awal
Penilaian Motivasi Guru

No.

Kategori Penilaian

Jumlah

%

Rata-rata

1.
2.
3.

Baik
Cukup Baik
Kurang Baik

0
9
3

0
75
25


5,98
Kurang Baik

Jumlah

12

100


              Sumber : Data primer yang diolah.
            Berdasarkan
penilaian motivasi pada kondisi awal (pra siklus) dapat diketahui bahwa guru
yang mempunyai penilaian motivasi yang cukup baik ada 9 orang atau mencapai 75%
dari total guru yang diamati. Sedangkan guru yang mempunyai penilaian motivasi
yang kurang baik terdapat 3 guru atau 25% dari total guru yang diamati dalam
penelitian ini. Selain itu dapat dketahui bahwa rata-rata penilaian motivasi
guru pada kondisi awal (pra siklus) menunjukkan nilai 5,98 atau masuk dalam
kategori kurang baik. Dengan demikian dapat diketahui bahwa motivasi guru yang
ada di SDN Tambakroto Kecamatan Sayung   Kabupaten Demak   tahun
pelajaran 2014/2015    sebelum adanya tindakan supervis kepala
sekolah masih sangat rendah.
            Berdasarkan
hasil penilaian terhadap kindisi awal terkait dengan penilaian motivasi guru
yang masih rendah, maka perlu mendapatkan tindakan untuk dapat meningkatkan
motivasi guru. Salah satu upaya yang diterapkan di SDN Tambakroto Kecamatan Sayung   Kabupaten Demak   tahun
pelajaran 2014/2015    yaitu dengan melaksanakan supervisi kepala
sekolah.
            Sementera
itu hasil penilaian kinerja guru pada kondisi awal (pra siklus) yang ada di SDN
Tambakroto Kecamatan Sayung   Kabupaten Karanganya tahun pelajaran 2014/2015    secara rinci dapat dilihat pada tabel di bawah
ini.
Tabel 4.3.
Kondisi Awal Penilaian Kinerja Guru

No.

Kategori Penilaian

Jumlah

%

Rata-rata

1.
2.
3.

Baik
Cukup Baik
Kurang Baik

0
9
3

0
75
25


5,95
Kurang Baik

Jumlah

12

100


              Sumber : Data primer yang diolah.
            Berdasarkan penilaian kinerja guru
pada kondisi awal (pra siklus) dapat diketahui bahwa guru yang mempunyai
penilaian kinerja yang cukup baik ada 9 orang atau mencapai 75% dari total guru
yang diamati. Sedangkan guru yang mempunyai penilaian kinerja yang kurang baik
terdapat 3 guru atau 25% dari total guru yang diamati dalam penelitian ini.
Selain itu dapat dketahui bahwa rata-rata penilaian kinerja guru pada kondisi
awal (pra siklus) menunjukkan nilai 5,98 atau masuk dalam kategori kurang baik.
Dengan demikian dapat diketahui bahwa kinerja guru yang ada di SDN Tambakroto Kecamatan
Sayung   Kabupaten Demak   tahun
pelajaran 2014/2015    sebelum adanya tindakan supervisi kepala
sekolah masih sangat rendah.
            Berdasarkan hasil penilaian terhadap
kindisi awal terkait dengan penilaian kinerja guru yang masih rendah, maka
perlu mendapatkan tindakan untuk dapat meningkatkan kinerja guru.
Salah satu upaya yang diterapkan di SDN Tambakroto Kecamatan Sayung   Kabupaten Demak   tahun
pelajaran 2014/2015    yaitu dengan melaksanakan supervisi kepala sekolah.

2.    
Siklus I
            Dalam
siklus I dilaksanakan sebagai bentuk upaya untuk dapat mengatasi masalah
rendahnya motivasi dan kinerja guru yang ada di SDN Tambakroto Kecamatan Sayung   Kabupaten Demak   tahun
pelajaran 2014/2015   . Dalam pelaksanaan
supervisi kepala sekolah pada siklus I dilakukan dengan menggunakan teknik
supervisi perorangan seperti :
1)
kunjungan kelas, 2) percakapan pribadi, 3) kunjungan antar kelas, 4) penilaian
sendiri. Sedang teknik supervisi kelompok meliputi : 1) kepanitiaan, 2) kursus,
3) laboratorium kelompok, 4) bacaan terpimpin, 5) demonstrasi pembelajaran, 6)
perjalanan staf, 7) diskusi panel, 8) perpustakaan profesional, 9) organisasi
profesional, 10) bulletin supervisi, 11) sertifikasi guru, 12) tugas belajar,
13) pertemuan guru.
            Supervisi dilakukan oleh kepala
sekolah setiap saat pada kelas-kelas terkait motivasi dan kinerja guru dalam
proses pembelajaran. Pelaksanaan supervisi juga dilakukan dengan melakukan
diskusi dan memberikan arahan kepada guru terkait dengan permasalahan yang
dijumpai pada saat supervisi. Seperti ada kelas yang terlihat sangat ramai dan
gaduh. Pada saat itu pula kepala sekolah memberikan pengarahan kepada guru
untuk mengatasinya. Selain itu juga apabila terdapat kelas yang ditinggalkan
oleh gurunya kepala sekolah juga harus mengarahkan kepada guru piket untuk
segera mengatasinya.
            Dari hasil pelaksanaan supervisi
kepala sekolah tersebut diharapkan kepala sekolah akan dapat melakukan
penilaian atau evaluasi terhadap motivasi dan kinerja guru yang sesungguhnya.
Supervisi dilakukan tanpa adanya pemberitahuan terlebih dahulu. Dalam setiap
pelaksanaan supervisi kepala sekolah memberikan penilaian terhadap aspek
motivasi dan kinerja sesuai dengan yang telah direncanakan untuk mengetahui
penilaian motivasi dan kinerja setiap guru dalam proses pembelajaran.
            Dengan adanya pelaksanaan supervisi
pada siklus I dalam penelitian ini, dapat diketahui hasil observasi kepala
sekolah terhadap hasil penilaian motivasi dan kinerja guru pada siklus I.
Adapun hasil penilaian motivasi guru pada siklus I secara rinci dapat dilihat
pada tabel di bawah ini.



Tabel 4.4.
Penilaian Motivasi
Guru pada Siklus I

No.

Kategori Penilaian

Jumlah

%

Rata-rata

1.
2.
3.

Baik
Cukup Baik
Kurang Baik

5
7
0

41,7
58,3
0


6,74
Cukup Baik

Jumlah

12

100


              Sumber : Data primer yang diolah.
            Berdasarkan penilaian motivasi pada siklus
I dapat diketahui bahwa guru yang mempunyai penilaian motivasi yang cukup baik
ada 7 orang atau mencapai 58,3% dari total guru yang diamati. Sedangkan guru
yang mempunyai penilaian motivasi yang baik terdapat 5 guru atau 41,7% dari
total guru yang diamati dalam penelitian ini. Selain itu dapat dketahui bahwa
rata-rata penilaian motivasi guru pada sklus I menunjukkan nilai 6,74 atau
masuk dalam kategori cukup baik. Dengan demikian dapat diketahui bahwa motivasi
guru yang ada di SDN Tambakroto Kecamatan Sayung   Kabupaten Demak   tahun
pelajaran 2014/2015    pelaksanaan supervisi yang dilakukan oleh
kepala sekolah yang ada di SDN Tambakroto Kecamatan Sayung   Kabupaten Demak   yang
dilakukan dengan supervisi perorangan maupun kelompok dapat meningkatkan
motivasi kerja guru. Terbukti terdapat peningkatan motivasi guru yang dilihar
dari penilaian rata-rata motivasi guru semula pada kondisi pra siklus
menunjukkan rata-rata penilaian yang kurang baik meningkat menjadi cukup baik..
            Meskipun demikian peningkatan
motivasi guru setelah dilaksanakn supervisi kepala sekolah pada siklus I belum
mampu mencapai target peningkatan motivasi kerja guru sesuai yang ditetapkan
yaitu 75% guru mempunyai penilaian motivasi yang baik. Untuk itu dalam
pelaksanaan siklus I ini perlu dilakukan evaluasi dan refleksi.
            Sementera itu dengan adanya
pelaksanaan supervisi kepala sekolah yang telah dilakukan pada siklus I dapat
menunjukkan peningkatan kinerja guru yang ada di SDN Tambakroto Kecamatan Sayung   Kabupaten Demak   tahun 2014/2015   . Adapun peningkatan kinerja guru dengan
adanya pelaksanaan supervisi kepala sekolah dalam siklus I secara rinci dapat
dilihat pada tabel di bawah ini.
Tabel 4.5.
Penilaian Kinerja
Guru pada Siklus I

No.

Kategori Penilaian

Jumlah

%

Rata-rata

1.
2.
3.

Baik
Cukup Baik
Kurang Baik

3
9
0

25
75
0


6,69
Cukup Baik

Jumlah

12

100


              Sumber : Data primer yang diolah.
            Berdasarkan penilaian kinerja guru
pada siklus I dapat diketahui bahwa guru yang mempunyai penilaian kinerja yang
cukup baik ada 9 orang atau mencapai 75% dari total guru yang diamati.
Sedangkan guru yang mempunyai penilaian kinerja yang baik terdapat 3 guru atau
25% dari total guru yang diamati dalam penelitian ini. Selain itu dapat
dketahui bahwa rata-rata penilaian kinerja guru pada siklus I menunjukkan nilai
6,69 atau masuk dalam kategori cukup baik. Dengan demikian dapat diketahui
bahwa kinerja guru yang ada di SDN Tambakroto Kecamatan Sayung   Kabupaten Demak   tahun
pelajaran 2014/2015    mengalami peningkatan setelah dilaksanakannya
supervisi kepala sekolah. Dari yang semula mempunyai rata-rata penilaian 5,95
meningkat menjadi 6,69.
            Berdasarkan hasil evaluasi dari
pelaksanaan siklus I pada penelitian ini dapat diketahui bahwa terdapat
peningkatan motivasi dan kinerja guru yang ada di SDN Tambakroto Kecamatan Sayung   Kabupaten Demak  . Dimana semula motivasi guru rata-rata
termasuk dalam penilaian kurang baik meningkat menjadi cukup baik dengan
penilaian rata-rata semula 5,98 meningkat menjadi 6,74. Sedangkan untuk kinerja
guru yang semula rata-rata penilaian kurang baik meningkat menjadi rata-rata
mempunyai penilaian cukup baik dengan skor rata-rata yang semula 5,95 meningkat
menjadi 6,69. Meskipun demikian peningkatan motivasi dan kinerja guru pada
siklus ini belum mampu mencapai target yang telah ditetapkan yaitu 75% guru
mempunyai penilaian motivasi dan kinerja yang baik.
            Dari hasil pelaksanaan supervisi
kepala sekolah pada siklus I masih terdapat banyak kekurangan yang masih perlu
diperbaiki agar mampu menghasilkan aktivitas supervisi kepala sekolah yang
efektif. Dimana dalam pelaksanaan supervisi pada siklus I belum dilaksanakan
secara matang mengingat perencanaan yang dilakukan masih terbatas pada
perencanaan yang sederhana. Perencanaan kegiatan supervisi yang dilaksanakan
pada siklus I belum dilakukan secara trstruktur dengan baik.
Selain itu kurangnya koordinasi antara
kepala sekolah dengan guru dalam pelaksanaan supervisi. Kepala sekolah kurang
dapat memanfaatkan fasilitas dan sumber daya yang ada di sekolah guna mendukung
kegiatan supervisi.
            Sebagai bentuk refleksi dalam
penelitian ini, masih dibutuhkan perencanaan yang lebih matang untuk
menghasilkan supervisi kepala sekolah yang lebih efektif. Selain itu diperlukan
adanya koordinasi antara kepala sekolah dengan guru guna meningkatkan
efektifitas pelaksanaan supervisi ini. Untuk itu dalam pelaksanaan supervisi
ini perlu dilakukan perbaikan pada siklus berikutnya.

3.      Siklus II
            Dalam siklus II dilaksanakan sebagai
bentuk refleksi dari pelaksanaan supervisi kepala sekolah yang telah dilakukan
pada siklus I dalam rangka meningkatkan motivasi dan kinerja guru  di SDN Tambakroto Kecamatan Sayung   Kabupaten Demak   tahun
pelajaran 2014/2015   . Dalam pelaksanaan
supervisi kepala sekolah pada siklus II pada dasarnya sama dengan apa yang
telah dilaksanakan pada siklus I dengan menggunakan teknik supervisi perorangan
seperti :
1) kunjungan kelas, 2)
percakapan pribadi, 3) kunjungan antar kelas, 4) penilaian sendiri. Sedang
teknik supervisi kelompok meliputi : 1) kepanitiaan, 2) kursus, 3) laboratorium
kelompok, 4) bacaan terpimpin, 5) demonstrasi pembelajaran, 6) perjalanan staf,
7) diskusi panel, 8) perpustakaan profesional, 9) organisasi profesional, 10)
bulletin supervisi, 11) sertifikasi guru, 12) tugas belajar, 13) pertemuan guru.
            Meskipun demikian dalam pelaksanaan
supervisi pada siklus II ini dilakukan perencanaan yang lebih matang dengan
melibatkan guru dan melakukan koordinasi antara kepala sekolah dengan guru
dalam rangka upaya meningkatkan motivasi dan kinerja guru. Kepala sekolah lebih
serius dalam melakukan kegiatan supervisi. Kepala sekolah secara rutin
melakukan kunjungan ke masing-masing kelas, melakukan diskusi dengan guru
kelas, menanyakan tentang keadaan dan perkembangan kelas yang diasuh
masing-masing guru, kepala sekolah juga melibatkan guru-guru dalam aktivitas
diluar kelas, dan kepala sekolah juga memberikan kesempatan kepada guru untuk
berupaya mengembangkan kreativitasnya dalam mengajar. Kepala sekolah juga
memberikan arahan kepada setiap guru untuk memanfaatkan segala fasilitas dan
sumber daya yang ada di sekolah guna mendukung proses belajar yang lebih baik.
            Dalam pelaksanaan supervisi pada
siklus II ini, kepala sekolah juga menanyakan kepada anak didik dan wali murid
tentang kondisi belajar yang ada di kelas masing-masing, selain itu kepala
sekolah juga selalu berupaya untuk memberikan dukungan baik fisik maupun mental
terhadap semua guru maupun peserta didik dalam meningkatkan prestasi belajar
peserta didik. Kepala sekolah selalu memberikan kesempatan kepada para guru
untuk menyempaikan aspirasi atau pendapatnya dalam upaya mengembangkan proses
belajar di sekolah.
            Dengan adanya kegiatan supervisi
pada siklus II ini, maka dapat diketahui hasil penilaian terhadap motivasi dan
kinerja guru di SDN Tambakroto Kecamatan Sayung
 Kabupaten Demak   tahun 2014/2015   . Adapun hasil penilaian motivasi guru pada
siklus II dalam penelitian ini secara rinci dapat dilihat pada tabel di bawah
ini.  
Tabel 4.6.
Penilaian Motivasi
Guru pada Siklus II

No.

Kategori Penilaian

Jumlah

%

Rata-rata

1.
2.
3.

Baik
Cukup Baik
Kurang Baik

10
2
0

83,3
16,7
0


7,22
Baik

Jumlah

12

100


              Sumber : Data primer yang diolah.
            Berdasarkan penilaian motivasi pada siklus
II dapat diketahui bahwa guru yang mempunyai penilaian motivasi yang cukup baik
ada 2 orang atau 16,7% dari total guru yang diamati. Sedangkan guru yang
mempunyai penilaian motivasi yang baik terdapat 10 guru atau 83,3% dari total
guru yang diamati dalam penelitian ini. Selain itu dapat dketahui bahwa
rata-rata penilaian motivasi guru pada siklus II menunjukkan nilai 7,22 atau
masuk dalam kategori baik. Dengan demikian dapat diketahui bahwa motivasi guru
yang ada di SDN Tambakroto Kecamatan Sayung
 Kabupaten Demak   tahun
pelajaran 2014/2015    pelaksanaan supervisi kepala sekolah yang dilakukan
secara lebik terstruktur terbukti dapat meningkatkan motivasi guru di SDN Tambakroto
Kecamatan Sayung   Kabupaten Demak  . Dengan hasil penelitian ini terbukti bahwa
pelaksanaan supervisi kepala sekolah dapat meningkatkan motivasi guru, kondisi
ini dapat dilihat dari penilaian rata-rata motivasi guru semula pada kondisi
siklus I menunjukkan rata-rata penilaian yang cukup baik meningkat menjadi baik
dan yang semula mempunyai rata-rata penilaian 6,74 meningkat menjadi 7,22.
            Dari hasil pelaksanaan supervisi
kepala sekolah yang telah dilakukan pada siklus II menunjukkan bahwa terdapat
10 guru atau 83,3% dari seluruh guru yang diamati dalam penelitian yang sudah
mampu menunjukkan motivasi yang baik. Dengan demikian dapat diketahu bahwa
target pencapaian dalam pelaksanaan tindakan pada penelitian ini sudah
tercapai.
Dimana lebih dari
75% guru telah mampu mendapatkan penilaian motivasi yang baik.
            Sementera itu dengan adanya
pelaksanaan supervisi kepala sekolah yang telah dilakukan pada siklus II juga menunjukkan
peningkatan kinerja guru yang ada di SDN Tambakroto Kecamatan Sayung   Kabupaten Demak   tahun 2014/2015   . Adapun peningkatan kinerja guru dengan
adanya pelaksanaan supervisi kepala sekolah dalam siklus II secara rinci dapat
dilihat pada tabel di bawah ini.

Tabel 4.7.
Penilaian Kinerja
Guru pada Siklus II

No.

Kategori Penilaian

Jumlah

%

Rata-rata

1.
2.
3.

Baik
Cukup Baik
Kurang Baik

10
2
0

83,3
16,7
0


7,44
Baik

Jumlah

12

100


              Sumber : Data primer yang diolah.
            Berdasarkan penilaian kinerja guru
pada siklus II dapat diketahui bahwa guru yang mempunyai penilaian kinerja yang
cukup baik ada 2 orang atau mencapai 16,7% dari total guru yang diamati.
Sedangkan guru yang mempunyai penilaian kinerja yang baik terdapat 10 guru atau
83,3% dari total guru yang diamati dalam penelitian ini. Selain itu dapat
dketahui bahwa rata-rata penilaian kinerja guru pada siklus II menunjukkan
nilai 7,44 atau masuk dalam kategori baik. Dengan demikian dapat diketahui
bahwa kinerja guru yang ada di SDN Tambakroto Kecamatan Sayung   Kabupaten Demak   tahun
pelajaran 2014/2015    mengalami peningkatan setelah dilaksanakannya
supervisi kepala sekolah yang dilakukan lebih terstruktur pada siklus II ini. Peningkatan
penilaian kinerja guru dapat dilihat dari yang semula mempunyai rata-rata
penilaian 6,69 meningkat menjadi 7,44.
            Berdasarkan hasil evaluasi dari
pelaksanaan siklus II pada penelitian ini dapat diketahui bahwa terdapat
peningkatan motivasi dan kinerja guru yang ada di SDN Tambakroto Kecamatan Sayung   Kabupaten Demak  . Dimana semula motivasi guru rata-rata pada
siklus II ini telah menunjukkan penilaian yang baik. Sementaraiitu kinerja guru
dalam siklus II ini juga menunjukkan peningkatan yang cukp signifikan dimana
dari hasil penilaian kinerja guru pada siklusII ini menunjukkan bahwa penilaian
kinerja guru menunjukkan penilaian yang baik.
            Dengan demikian dapat dipastikan
bahwa pelaksanaan supervisi kepala sekilah yang dilaksanakan secara terencana
dan terstruktur akan dapat menghasilkan proses supervisi yang lebih baik. Hal
ini terbukti bahwa dengan perencanaan yang lebih matang dan pelaksanaan yang
lebih terintergrasi antara guru dan pihak-pihak lain yang terkait dengan segala
aktivitas yang ada di sekolah baik di dalam kelas maupun diluar kelas akan
dapat menghasilkan proses supervisi yang baik.
Dengan proses supervisi yang baik mampu
meningkatkan motivasi dan kinerja guru. Dengan pelaksanaan supervisi kepala
sekolah yang dilaksanakan pada siklus II ini terbukti mampu meningkatkan
motivasi guru dan kinerja guru yang baik. Dimana dengan pelaksanaan supervisi
tersebut telah tercapai target pencapaian tindakan dimaka lebih dari 75% guru
telah menunjukkan motivasi dan kinerja yang baik.

C.    Pembahasan
            Berdasarkan hasil penelitian
tindakan sekolah yang terkait dengan upaya meningkatkan motivasi dan kinerja
guru melalui pelaksanaan supervisi kepala sekolah yang ada di SDN Tambakroto Kecamatan
Sayung   Kabupaten Demak   tahun 2014/2015    ini,
maka dapat ditarik pembahasan bahwa pelaksanaan supervisi kepala sekolah yang
ada di SDN Tambakroto Kecamatan Sayung   Kabupaten Demak   selama
ini belum dapat dilaksanakan secara efektif. Namun setelah pelaksanaan tindakan
ini membuktikan bahwa pelaksanaan supervisi kepala sekolah mampu memberikan
kontribusi yang positif terhadap peningkatan motivasi dan kinerja guru yang ada
di SDN Tambakroto Kecamatan Sayung   Kabupaten Demak   Tahun 2014/2015   .
            Dari hasil penelitian ini terbukti
bahwa pelaksanaan supervisi kepala sekolah yang dilakukan secara efektif akan
dapat meningkatkan movitasi dan kinerja guru yang ada di SDN Tambakroto Kecamatan
Sayung   Kabupaten Demak   Tahun 2014/2015   . Hal ini terbukti dari adanya peningkatan
penilaian motivasi dan kinerja guru pada saat pra siklus, siklus I dan siklus
II.
            Adapun peningkatan motivasi kerja
guru yang ada di SDN Tambakroto Kecamatan Sayung   Kabupaten Demak   tahun 2014/2015    dengan adanya supervisi kepala sekolah secara
rinci dapat dilihat pada grafik di bawah ini:




Siklus
II
 




Siklus
I
 




Pra
Siklus
 



Gambar
3. Peningkatan Penilaian Motivasi Guru

            Pelaksanaan supervisi kepala sekolah
dalam penelitian ini juga terbukti mampu meningkatkan kinerja guru SDN Tambakroto
Kecamatan Sayung   Kabupaten Demak   Tahun 2014/2015   . Hal ini dapat terlihat dari adanya
peningkatan yang signifikan terhadap kinerja guru dengan adanya pelaksanaan
supervisi
kepala sekolah di SDN Tambakroto Kecamatan Sayung   Kabupaten Demak    Tahun
2014/2015   . Adapun peningkatan kinerja
guru dengan adanya pelaksanaan supervisi kepala sekolah dalam penelitian ini
secara rinci dapat dilihat pada grafik di bawah ini.







Siklus
II
 




Siklus
I
 




Pra
Siklus
 


Gambar
3. Peningkatan Penilaian Motivasi Guru
            Berdasarkan hasil penelitian ini
maka dapat diketahui bahwa pelaksanaan supervisi kepala sekolah terbukti dapat
meningkatkan motivasi dan kinerja guru. Untuk itu pelaksanaan supervisi kepala
sekolah dapat selalu dilaksanaan dalam rangka mempertahankan sekaligus
meningkatan motivasi dan kinerja guru. Dalam pelaksanaan supervisi kepala
sekolah tentu saja perlu dilakukan perencanaan yang terstruktur dan
dilaksanakan secara sistematis agar mampu menghasilkan proses supervisi yang
baik. Dengan adanya pelaksanaan supervisi yang baik diharapkan akan dapat
meningkatkan motivasi dan kinerja guru guna mendukung pencapaian tujuan
pembelajaran yang lebih baik.







 
BAB V

PENUTUP

A.    Kesimpulan
            Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dalam
penelitian ini, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :
1.      Pelaksanaan supervisi kepala sekolah dapat
dilaksanakan secara efektif di SDN Tambakroto Kecamatan Sayung   Kabupaten Demak   Tahun 2014/2015   .
2.      Pelaksanaan supervisi kepala sekolah
terbukti dapat meningkatkan motivasi dan kinerja guru di SDN Tambakroto Kecamatan
Sayung   Kabupaten Demak   Tahun 2014/2015   .

B.     Saran
            Berdasarkan kesimpulan dalam
penelitian ini, maka saran yang dapat direkomendasikan dalam penelitian ini
adalah sebagai berikut:
1.      Pelaksanaan supervisi kepala sekolah dapat
selalu dilaksanakan dalam rangka meningkatkan motivasi dan kinerja guru.
2.      Supervisi kepala sekolah hendaknya
dilaksanakan dengan perencanaan yang baik sehingga pelaksanaan supervisi kepala
sekolah tersebut dapat dilaksanakan dengan efektif dan mampu mencapai tujuan
supervisi yang telah direcanakan.
Perlunya dukungan
akan kesadaran kepala sekolah dalam melaksanakan perannya sebagai pusat
pengendalian kualitas pembelajaran di sekolah yang dapat dilaksanakan dengan
pelaksanaan supervisi yang baik.













+ komentar + 5 komentar

30 Juli 2015 pukul 09.49

tulisan yang bagian atas kok semrawut pak De!

1 Agustus 2015 pukul 20.13

bagus pak dhe, kembangkan terus , semoga bermanfaat bagi para pembaca, trimakasih

25 Desember 2017 pukul 20.11

trims ya sy bisa membaca artikelnya

25 Februari 2019 pukul 08.04

Trimakasih, sya bisa membaca PTSnya

24 September 2019 pukul 20.39

makasih, saya sudah membaca hasil tulisannya.

Posting Komentar

 
Pembuat : Website | Cahya Wahyu Ananta | Tentang Organisasi
Tahun Pembuatan © 11 Mei 2015. SD Negeri Tambakroto Sayung Demak Jateng - Kekompakan merupakan kunci dari kesuksesan dalam kegiatan
Website Karangtaruna Tunas Maju Dibuat oleh Cahya Wahyu Ananta A.Md Komp. | Desa Pulosari Karangtengah Demak
Inspirasi Pembuatan Website Organisai